Pengamat : Pembangkit Listrik Tenaga Surya Perlu Dukungan Pemerintah

JAKARTA — Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform Fabby Tumiwa mengatakan pemerintah perlu memberikan dukungan terhadap Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) karena dapat menjadi penggerak utama dan kunci untuk mencapai target bauran energi 23 persen dan dekarbonisasi.

“Surya akan menjadi komoditas unggulan yang diperebutkan banyak pihak di masa depan, seperti minyak saat ini,” katanya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Minggu.

Fabby mengungkapkan dalam laporan terbaru Agen Energi Internasional (IEA) disebutkan bahwa tenaga surya dan angin akan mendominasi sistem energi di masa depan hingga 78 persen pembangkit pada 2050, dimana tenaga surya harus meningkat dari 160 gigawatt sekarang menjadi 650 gigawatt pada tahun 2030.

Pada kesempatan yang sama, IEA menekankan pentingnya peningkatan energi terbarukan dalam dekade ini untuk mencapai emisi nol pada 2050.

“Dari segi strategis, tenaga surya sedikit lebih mudah didorong pemanfaatannya karena dapat dipasang secara modular,” kata Fabby.

Lebih lanjut dia menyampaikan meski energi surya diproyeksikan akan menjadi komoditas populer di masa depan, namun ada banyak persoalan yang menghambat industri listrik matahari itu berkembang di Indonesia.

Kondisi kelebihan pasokan listrik yang dialami Perusahaan Listrik Negara (PLN) adalah salah satu hambatan terbesar untuk penggunaan tenaga surya. Situasi tersebut membuat pemerintah dan pengusaha swasta sulit untuk memasukkan energi terbarukan ke dalam sistem kelistrikan.

PLN merupakan pembeli tunggal listrik di Indonesia, sehingga calon investor harus memperhitungkan potensi pasar yang ada.

Lihat juga...