Penuhi Kebutuhan Adat, Warga Wonokitri Budi Daya Edelweiss

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

MALANG – Edelweiss merupakan salah satu tumbuhan khas pegunungan yang bisa dijumpai di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).

Namun tidak banyak orang yang mengetahui bahwa Edelweiss ternyata bisa juga dibudidayakan di luar kawasan TNBTS, seperti halnya yang dilakukan kelompok tani Hulun-Hyang di desa Edelweiss Wonokitri, Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan.

Ketua Desa Edelweeis Wonokitri, sekaligus petani Edelweiss, Teguh Wibowo, menceritakan, selama ini masyarakat suku Tengger memiliki keterikatan khusus dengan bunga Edelweiss.

Petani Edelweiss, Teguh Wibowo, saat ditemui Cendana News di kantor Balai Besar TNBTS, Sabtu (5/6/2021). Foto: Agus Nurchaliq

Bagi masyarakat Tengger, bunga Edelweiss ini merupakan suatu kebutuhan, bukan untuk dikonsumsi tapi untuk sarana ritual adat istiadat dalam berbagai acara upacara adat.

Edelweiss sendiri dalam bahasa Tengger disebut Tana Layu yang berarti tidak layu. Karenanya dalam upacara adat, Edelweiss digunakan sebagai sesaji atau persembahan yang melambangkan keabadian leluhur masyarakat Tengger.

“Kalau dulu mungkin masyarakat suku Tengger pada saat ada ritual mengharuskan menggunakan bunga Edelweiss. Jujur saja biasanya mereka mengambil di mana saja ada tumbuh Edelweiss, termasuk yang ada di kawasan konservasi meskipun sebenarnya tidak boleh. Tapi mau bagaimana lagi karena itu merupakan kebutuhan adat yang tidak bisa digantikan dengan bunga yang lain,” jelasnya saat ditemui Cendana News di kantor Balai Besar TNBTS, Senin (7/6/2021).

Menurutnya, sekarang yang menjadi permasalahan adalah habitat tumbuh Edelweiss tidak akan bertambah, sedangkan jumlah masyarakat yang ada di Suku Tengger semakin tahun semakin bertambah. Dengan demikian pasti kebutuhan akan bunga Edelweiss semakin bertambah.

Lihat juga...