Petani di Kutasari Optimalkan Budi Daya Umbi

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Gulma harus dibersihkan dan dicabut hingga ke akar-akarnya, kemudian dibakar supaya tidak tumbuh kembali. Sebab, gulma sangat mudah berkembang biak di sekitar tanaman atau pun di sekitar sekolah lahan pertanian.

Salah satu petani di Desa Karangjengkol, Kecamatan Kutasari, Arifin mengatakan, selama ini penanaman singkong dilakukan sekadarnya saja dalam hal pemeliharaan.

Petani biasanya hanya membersihkan tanaman liar yang tumbuh di sekitarnya dan menyiram sesekali saja. Namun, memang kemudian ada tanaman yang mati karena daunnya mengering, ada bercak-bercak putih dan sebagainya.

“Tanaman umbi ternyata tetap perlu penyemprotan hama, tidak hanya sekadar ditanam, diberi pupuk dan disiram saja. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal tetap diperlukan pemeliharaan yang lengkap, termasuk penyemprotan hama,” tuturnya.

Lebih lanjut Arifin mengatakan, ia sudah lama melakukan budidaya tanaman singkong dan hasilnya cukup menguntungkan. Harga singkong dengan kualitas bagus saat ini mencapai Rp 14.000 per kilogram. Tanaman tersebut banyak dipilih petani, karena bisa bertahan dalam kondisi minim suplai air.

“Lebih mudah untuk budidayanya dan tidak memerlukan banyak air, karena air cukup menjadi kendala untuk lahan pertanian di sini,” ucapnya.

Lihat juga...