Petani Hidropronik di Jember Cari Pasar Baru Agar Bisa Bertahan
Editor: Koko Triarko
JEMBER – Sejumlah pelaku usaha budi daya sayuran hidroponik di Jember, Jawa Timur, saat ini mengeluhkan menurunnya omzet penjualan. Hal ini karena makin banyaknya pembudidaya sayuran hidroponik, sehingga persaingan menjadi ketat. Guna mengatasi hal itu, sejumlah petani hidroponik mencoba mencari pasar baru.
Andrias Alfarizki, pemilik usaha tanaman hidroponik di desa Sumbersari, Jember, mengatakan akhir-akhir ini produksi macam-macam jenis sayuran hidroponik tidak lagi terjual secara keseluruhan. Karena banyak pembudidaya lain yang sudah berkembang.
“Awal mula tren penjualan sayuran hidroponik sangat menjanjikan di masa pandemi Covid-19, pasokan pasarnya pun sangat luas. Namun seiring berjalan waktu, hasil penjualan yang dilakukan mengalami penurunan,” ujar Andrias Alfarizki, Selasa(29/6/2021).
Menurut Andrias, konsumen pasar masih mumpuni, sehingga para petani hidroponik masih memiliki pasar. Namun, terbatas oleh pembudidaya lain yang juga sudah mulai berkembang.
Andrias mengaku mulai bisnis budi daya tanaman hidroponik berbekal pengalaman selama mengikuti masa perkuliahan dan praktik di lapangan. Dari pengalaman yang ia punya, belajar diterapkan di area lahan di sekitr rumahnya.
“Sejak 2018 pertama kali saya mengembangkan usaha hidroponik. Pengalaman pembudidayaan tanaman hidroponik saya peroleh dari bangku kuliah. Awal mula budi daya dilakukan, hanya terdapat beberapa ruang dan alat hidroponik yang bisa ditampung, karena area budi daya masih terbatas oleh keadaan,” tandasnya.