Rebana Buatan Arief Terima Pesanan hingga Luar Jawa
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
Selain jenis kulitnya, jenis kayu yang digunakan juga turut mempengaruhi suara yang dihasilkan rebana. Umumnya, Arief menggunakan kayu Mahoni, kayu Nangka dan kayu Mangga untuk rebana buatannya.
“Jenis kayu ternyata juga mempengaruhi suara yang dihasilkan. Tapi yang paling bagus itu kayu nangka yang sudah tua,” sebutnya.
Dibantu dua orang tenaga kerjanya, dalam sekali produksi, Arief mampu memproduksi kisaran 30-50 buah rebana di rumahnya yang berada di daerah Bumiayu, Kecamatan Kedungkandang, kota Malang.
Namun demikian, proses produksi tidak dilakukan setiap hari, tapi tergantung jumlah stok rebana yang tersisa.
“Tidak setiap hari produksi, tapi tergantung ketersediaan stok rebana di etalase. Kalau di etalase jumlah rebananya sudah mulai sedikit, baru kita produksi lagi,” ujarnya.
Diakui Arief, selama ini untuk pemasarannya memang paling banyak di wilayah Malang seperti daerah Jabung, Pakis, Tumpang dan Wagir. Tapi beberapa kali juga pernah mengirim rebana ke wilayah Madura dan Kalimantan.
Menurut Arief, produk rebana buatannya selama ini memang masih kalah terkenal dengan rebana buatan Gresi atau Jepara. Selain karena harganya yang lebih murah, rebana Gresik dan Jepara memang sudah memiliki nama sehingga lebih dikenal oleh konsumen.
“Orang beli itu biasanya memang cari yang murah. Rebana Jepara harganya bisa lebih murah karena untuk mendapatkan bahan baku pembuatannya lebih mudah karena jaraknya yang tidak jauh. Sedangkan kalau di Malang kan jauh dan pastinya ada ongkos kirim juga. Tapi untuk kualitasnya, rebana kami tidak kalah dengan rebana dari Jepara,” ungkapnya.
Lebih lanjut disampaikan Arief, harga rebana buatannya tergantung ukuran dan jenis bahan yang digunakan. Untuk rebana ukuran 30 dengan bahan kayu Mangga, harganya dari 275 ribu per buah. Sedangkan rebana ukuran 32 dengan bahan kayu Mahoni atau kayu Nangka, harganya 375 ribu per buah.