Ambon Terapkan PPKM Mikro, Bisnis WO Antisipasi Kerugian
AMBON – Pelaku bisnis perencana pernikahan atau (Wedding Organizer/WO) di Kota Ambon, Maluku, melakukan strategi meminimalisasi risiko kerugian menyusul Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro yang diterapkan pemerintah setempat mulai 8 Juli 2021.
Berdasarkan penerapan PPKM Mikro ada pembatasan pesta pernikahan.
“Kami sudah langsung kena dampaknya,” kata pemilik EemJee Production, Yani Bin Umar, sebuah perusahaan bergerak di bisnis WO di Kota Ambon, Selasa.
Ia mengatakan begitu Pemerintah Kota Ambon mengumumkan PPKM Mikro, sejumlah klien langsung mengundur jadwal pernikahan. Untuk mengantisipasi potensi kerugian apabila sampai terjadi pembatalan pesanan, pihak WO proaktif menawarkan solusi ke klien.
Strategi yang bisa digunakan adalah memindahkan pesta pernikahan dari gedung ke rumah calon mempelai atau pihak keluarga.
“Ada (klien) yang menyiasati acara. Yang awalnya anggarannya agak besar, dekorasi lebih banyak dan lengkap, ‘disulap’ jadi dekorasi minimalis yang lebih kecil di rumah saja,” katanya.
Menurut dia, penerapan PPKM di Ambon masih sedikit memberi ruang bagi pelaku usaha WO untuk bertahan hidup. Kuncinya adalah secepatnya beradaptasi dan berinovasi dengan situasi pandemi.
Meski begitu, ia mengakui penerapan PPKM akan berdampak pada penurunan yang cukup besar pada pendapatan.
“Diperkirakan penurunan omzet itu bisa 30 sampai 40 persen dari sebelumnya,” ujar Yani.
Ia menambahkan berusaha mempertahankan delapan pegawainya agar tetap bisa bekerja.
Penerapa PPKM Mikro juga berimbas pada pendapatan pembawa acara (MC) pernikahan. Padahal, pesta pernikahan di Ambon merupakan “ladang bisnis” yang potensial karena budaya masyarakat setempat menganggap pesta yang meriah dan ramai adalah sebuah prestise.