Dosen UB Kembangkan Technology Four in One pada Pengolahan Madu
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
MALANG — Selain menjaga pola istirahat dan pola makan, mengkonsumsi asupan bernutrisi juga penting untuk menjaga daya tahan tubuh. Salah satunya dengan mengkonsumsi produk herbal berupa madu.
Sayangnya tidak semua madu yang dijual di pasaran sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), terutama pada kandungan air. Berdasarkan SNI, kandungan air dalam madu maksimal hanya diperbolehkan 22 persen saja. Sedangkan madu di pasaran kandungan airnya bisa mencapai 26 persen.
Berangkat dari permasalahan tersebut, dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) Dr. Anang Lastriyanto bersama tim kemudian mengembangkan Technology Four in One pada pengolahan madu.
Dijelaskan Anang, pada musim hujan biasanya kadar air pada madu lebih tinggi daripada musim panas. Hal ini umumnya ditandai dengan terjadinya proses fermentasi yang bisa menyebabkan madu meledak jika tidak segera diolah, sebab didalam madu terdapat mikroba yang aktif.
“Meskipun hal ini sebenarnya tidak berbahaya, tapi mutu madu akan menjadi rusak,” jelasnya kepada Cendana News.
Agar hal demikian tidak terjadi, ada beberapa tahapan proses yang biasanya dilakukan yaitu proses penyaringan, pasteurisasi untuk, evaporasi, serta proses pendinginan vacuum cooling. Empat proses inilah yang umumnya memerlukan tempat, waktu dan tenaga lebih banyak.
“Tapi melalui alat yang kami kembangkan ini, semua proses tersebut bisa dilakukan dalam satu rangkaian alat saja 4 in 1. Jadi ada konsep penyaringan, konsep pasturisasi, konsep evaporasi dan pendinginan itu menyatu dalam satu rangkaian alat yang harapannya bisa lebih menghemat tempat, tenaga dan biaya,” terangnya.