Jaga Kelestarian Alam Cara Hidup Warga di Kawasan Konservasi
Editor: Koko Triarko
LAMPUNG – Hidup berdampingan dengan kawasan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di kawasan desa penyangga, kerap berkonflik dengan satwa. Kondisi tersebut diakui oleh Supami Eva, wanita yang telah tinggal sejak kecil di Desa Braja Yekti, Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur. Ia menyebut, saat habitat terganggu, gajah menyerang tanaman milik warga.
Sejumlah antisipasi pun dilakukan melalui koordinasi dengan pengelola TNWK. Sejumlah desa yang ada di dekat kawasan konservasi membentuk forum rembug desa penyangga.
Supami Eva yang juga anggota pemandu minat khusus pada kawasan TNWK, mengaku warga kerap mendapat sosialisasi untuk menghalau gajah agar tidak masuk permukiman.
Langkah antisipatif dengan memaksimalkan fungsi petugas pengamanan, yang melakukan patroli pada saat habitat gajah mulai kurang pakan. Pembuatan kanal untuk pembatas dengan permukiman warga, mencegah gajah merusak tanaman. Strategi lain, warga diajak tidak melakukan perusakan habitat alami sumber pakan satwa.
“Aktivitas warga yang menjadikan kawasan TNWK sebagai lokasi penggembalaan liar, perburuan dengan cara membakar hamparan ilalang untuk menumbuhkan tanaman baru sumber pakan kerap mengakibatkan konflik, jadi kami diberi sosialisasi untuk meminimalisir kerusakan, ” terang Supami Eva, Rabu (14/7/2021).
Menurut Supami Eva, bentang alam kawasan konservasi TNWK yang berbatasan dengan wilayah desa juga menjadi potensi wisata. Dari 37 desa penyangga yang berada di 10 kecamatan, masyarakatnya terus dibina untuk menjaga konservasi alam. Model pengelolaan ekowisata minat khusus diikuti olehnya, menjadi sumber pemasukan warga tanpa merusak habitat alam.