Masyarakat Tanam Pohon Produktif Jaga Kelestarian Lereng Gunung Betung
Editor: Koko Triarko
Asep Saepuloh bilang, lahan pertanian sawah miliknya dibuat sistem berundak atau terasering. Memanfaatkan susunan batu kali, tanggul penahan petak sawah ditanami talas, serai dan sayuran. Pengaliran air agar tidak menyebabkan longsor memanfaatkan pipa dari bambu. Pipa bambu sebagian dialirkan ke lahan kebun yang lebih rendah untuk pengairan.
Jenis tanaman produktif tahunan, sebut Asep Saepuloh menjadi investasi jangka panjang. Memasuki bulan Juli, sebagian pohon durian berbuah berbarengan dengan mangga dan petai. Hasil panen komoditas pepaya, serai dan beragam sayuran menjadi sumber penghasilan. Sebagian tanaman produktif akan ditebang saat tidak menghasilkan buah. Dan, penanaman ulang akan dilakukan.
“Tanaman asam kandis yang roboh saya tebang, karena ada tanaman bibit sehingga masih bisa menghasilkan,” ulasnya.
Menurut Asep Saepuloh, menanam pohon produktif menjadi pilihan. Sebab, wilayah perbukitan yang miring sangat cocok menjadi lahan penanaman kayu keras. Sejumlah tanaman kayu keras menjadi penahan tanah perbukitan.
Sementara itu, menjaga kearifan lokal dengan mengumbul atau membuat rumah di kebun dilakukan oleh Suminah. Ia menyebut, warga Batu Putuk terbiasa hidup berdampingan dengan alam. Memanfaatkan lahan yang ditanami pohon petai, jengkol, duku dan durian, ia bisa memanen dalam jangka tertentu. Hasil lain diperoleh dengan mengolah lahan sawah memanfaatkan aliran air sungai.
“Saya mempertahankan pakel atau bacang jenis mangga yang memiliki daun lebat, akar tunjang penahan longsor,” ulasnya.
Jenis tanaman produktif lain yang bisa dipanen sepanjang musim, sebut Suminah berupa kemiri. Tanaman yang tumbuh secara alami menjadi pohon wajib warga.