Mengenali Empat Kiblat

OLEH: HASANUDDIN

Huwallażī khalaqas-samāwāti wal-arḍa fī sittati ayyāmin ṡummastawā ‘alal-‘arsy, ya‘lamu mā yaliju fil-arḍi wa mā yakhruju minhā wa mā yanzilu minas-samā’i wa mā ya‘ruju fīhā, wa huwa ma‘akum aina mā kuntum, wallāhu bimā ta‘malūna baṣīr.

Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa; kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar dari dalamnya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al-Hadid [57] : 4).

Mengenai maqam rahasia ini, menurut ayat “Dia-lah awal, Dia-lah akhir, Dia-lah batin dan lain-lain ayat mutasyabihaat (serupa-rupa) berkata Abu Bakar Ash-Shiddiq R.a. “Aku tidak melihat sesuatu, kecuali aku melihat sebelum-Nya. Berkata Umar Ibn Khattab R.a. “Aku tidak melihat sesuatu, kecuali Aku melihat Allah sesudah-Nya”. Berkata Usman Bin Affan R.a. “Aku tidak melihat sesuatu, kecuali Aku melihat Allah bersama-Nya”. Berkata Ali bin Abi Thalib R.a. “Aku tidak melihat sesuatu, kecuali aku melihat Allah didalamnya”. Adapun Yang Tunggal, yang Esa, tempat bergantung segala sesuatu (ash-shamad), sesungguhnya perbedaannya terletak pada cara penyaksian mereka masing-masing, menurut kadar maqam-nya.

Syeikh Abu Yazid Al-Busthami berkata: “Aku berhaji tahun pertama, aku tidak melihat al-Bait (rumah) dan juga tidak melihat rumah Tuhan, kemudian aku berhaji pada tahun kedua, aku melihat rumah dan tidak melihat rumah Tuhan. Kemudian aku berhaji lagi pada tahun ketiga, aku tidak melihat apa-apa kecuali Tuhan yang punya rumah itu saja”.

Lihat juga...