Pasokan Empon-Empon di Boyolali Turun pada Masa PPKM

BOYOLALI — Pengusaha empon-empon atau sering disebut tanaman apotik hidup yang banyak diminati masyarakat sebagai obat menjaga kesehatan tubuh, di Desa Rembun, Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah, mengalami penurunan pasokan yang cukup signifikan pada masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

“Masa PPKM diterapkan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah, merupakan salah satu upaya untuk memutus mata rantai penyebaran COVID-19, berdampak pada perekonomian masyarakat dari berbagai bidang usaha, termasuk salah satu usaha empon-empon,” kata Suwarno (55), salah satu pengusaha empon-empon di desa tersebut, Rabu (28/7/2021).

Suwarno mengatakan produk empon-empon merupakan hasil bumi yang dipercaya oleh masyarakat dapat menjadi obat atau menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. Seperti, jahe impor dan lokal, kayu secang, kayu manis, cabe jamu, temulawak, jinten hitam dan lainnnya.

Menurut dia, jika usaha empon-empon miliknya sebenarnya meningkat saat pandemi COVID-19, tetapi usahanya terhambat dalam pengadaan bahan baku dan pengiriman dampak peraturan PPKM, dimana banyak penyekatan jalan.

“Pengiriman barang sering terhambat, karena ada penyekatan-penyekatan arus. Daerah sentra yang mengeluarkan empon-empon juga sama sekali tidak boleh keluar dari rumah. Hal ini, menjadi kendala saya untuk memproses pengiriman barang sangat sulit sulit,” katanya

Menurut dia, kemampuan pengiriman empon-empon racangan kering produksinya sebelum PPKM dapat mencapai 5 ton hingga 6 ton per satu hingga dua minggu. Namun, pada masa PPKM sekali pengiriman turun cukup signifikan rata-rata hanya 500 kg hingga 1 ton per satu hingga dua minggu.

Lihat juga...