Pembelajaran Daring Siswa SLB Berkepanjangan Berdampak Negatif

Editor: Makmun Hidayat

YOGYAKARTA — Praktisi pendidikan Sekolah Luar Biasa (SLB) di Yogyakarta menilai penerapan pembelajaran daring berkepanjangan yang dilaksanakan selama pandemi Covid-19, memberikan dampak negatif jauh lebih besar terhadap perkembangan siswa berkebutuhan khusus. Baik itu siswa disabilitas netra/rungu/wicara/grahita/daksa, maupun siswa autis. 

Staf pengajar SLB Negeri 1 Kulon Progo, Jumasir, menyebut penerapan pembelajaran daring jelas akan menghilangkan kesempatan siswa SLB bersosialisasi dengan teman-teman mereka di sekolah. Padahal interaksi antar siswa dengan kesamaan nasib atau ke-tuna-an ini sangat dibutuhkan dalam menumbuhkan semangat dan motivasi bagi mereka.

Dengan belajar langsung di sekolah, siswa akan menjadi lebih bahagia, serta terpacu dan berlomba-lomba belajar lebih baik sebagaimana siswa lain.

“Selain itu, dengan tidak berangkat ke sekolah, hubungan siswa dengan guru menjadi tidak maksimal. Padahal kedekatan personal dan komunikasi antara seorang siswa SLB dan guru sangat penting dan berpengaruh dalam penyampaian materi pelajaran. Dengan hanya belajar di rumah, materi pembelajaran akan sangat sulit tersampaikan. Maksimal paling bagus hanya sekitar 20 persen,” ungkapnya, Kamis (29/7/2021).

Dampak negatif dari pembelajaran daring bagi siswa SLB juga adalah terkait pembentukan karakter siswa itu sendiri. Dikhawatirkan dengan tidak adanya pendidikan kedisiplinan sebagaimana biasa dijalankan di sekolah, akan membuat siswa kehilangan momentum dalam proses pembentukan karakter serta menjadi lulusan yang sesuai kompetensi yang diharapkan.

“Kita yakin nanti penyesuaiannya akan sangat sulit. Harus mulai dari nol lagi. Misalnya dalam melatih kedisiplinan. Di rumah mereka tentu sulit terkontrol. Pembiasaan-pembiasaan positif yang selama ini dibentuk sekolah secara perlahan menjadi tidak berjalan. Padahal dalam mendidik siswa SLB hal seperti ini sangat penting dan menjadi kuncinya,” keluhnya.

Lihat juga...