Pembiayaan Informal Masih Jadi Alternatif Tambahan Modal UMKM
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
“Pernah pinjam uang dari bank harian atau bank plecit karena dipakai untuk membeli handphone, jadinya keteteran membayar utang,” ulasnya.
Setelah bisa mengatur keuangan, Lestari mengaku menata pendapatan untuk membayar pinjaman. Pemisahan antara modal dan pendapatan serta kebutuhan membayar hutang jadi caranya terlepas dari hutang bank harian. Ia mengaku mulai bisa disiplin dalam membayar setiap hari. Sebelumnya dengan pinjaman Rp1 juta ia bisa lunasi selama 2 bulan.
Pelaku usaha penjualan bunga, Asih, dan sejumlah pedagang lain mengaku akrab dengan bank titil. Setiap orang yang menawarkan pinjaman harian kerap sudah dikenal. Membawa buku catatan, struk bukti peminjaman ia bisa membayar kewajiban pinjaman.
Hernadi, pelaku usaha kuliner singkong goreng keju di Tanjung Karang mengaku memiliki literasi keuangan. Ia mengaku tidak ingin meminjam dari bank harian meski ada pemilik modal menawarkan. Bank harian, bank plecit yang sebagian dikenal dengan koperasi pinjaman bisa menjadi alternatif pinjaman informal. Namun ia memilih menggunakan modal sendiri agar bisa memaksimalkan hasil.
“Modal sendiri lebih mudah mengelolanya, jika pun nanti akan meminjam lebih baik ke bank formal,”ulasnya.
Pemilik usaha penyediaan jasa pinjaman harian yang enggan disebut nama mengaku sudah menjalankan usaha belasan tahun. Ia lebih suka disebut pemilik usaha koperasi pinjaman. Mengenai bunga pinjaman yang tinggi namun ia menyebut telah disepakati.