Pemilik Hari Pembalasan
OLEH: HASANUDDIN
Wa tabārakallażī lahū mulkus-samāwāti wal-arḍi wa mā bainahumā, wa ‘indahū ‘ilmus-sā‘ah, wa ilaihi turja‘ūn
“Dan Mahasuci (Allah) yang memiliki kerajaan langit dan bumi, dan apa yang ada di antara keduanya; dan di sisi-Nyalah ilmu tentang hari Kiamat dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (Q.S Az-Zukhruf [43] : 85).
Selanjutnya kata yaum dalam ayat ini berarti “waktu” atau “periode” yang terkadang sangat panjang menurut ukuran kita. Misalnya dikatakan alam raya ini diciptakan dalam enam hari. Kata enam hari di sini bukan 6×24 seperti waktu kalender yang kita gunakan.
Kelahiran Nabi Isa as, juga dinamainya “hari kelahiran”, dan ini tentu hanya sesaat. Lalu, kata ad-Din pada ayat ini diartikan sebagai “pembalasan” atau “perhitungan” atau “ketaatan”, karena pada hari itu (hari kiamat) terjadi perhitungan dan pembalasan Allah, juga semua makhluk pada hari itu taat dan patuh kepada-Nya.
Dalam Al-Qur’an tidak disampaikan berapa lama hari pembalasan ini. Namun dalam surah Al-Baqarah (2)ayat 202 dikatakan bahwa “Allah Maha cepat perhitungan-Nya”. Hal ini sejalan dengan surah Al-Qamar (54) ayat 50 dimana Allah berfirman: “Tiadalah perintah Kami kecuali hanya satu perkataan sesingkat kejapan mata”.
Pandangan para ulama ahlul Qur’an atas ayat ini disampaikan secara beragam, namun semuanya sependapat akan adanya hari pembalasan (hari kiamat).
Syeikh Ibn Arabi rahimakumullah, (semoga Allah senantiasa merahmati beliau), menjelaskan ayat ini dengan metode kasyf. Berbeda dengan pendekatan filologi (kebahasaan) yang digunakan M. Quraish Shihab atau para mufassir lain, seperti yang dapat kita baca dalam aneka tafsir Al-Qur’an.