PPKM Darurat Sebabkan Biaya Operasional Distribusi Barang Membengkak

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Penyekatan dengan rekayasa lalu lintas berimbas konsumen melakukan alternatif pasar yang mudah dijangkau. Dampaknya sejumlah barang dagangan membusuk imbas tidak laku. Kerugian bisa mencapai ratusan ribu dari barang yang membusuk.

Adaptasi usaha oleh pemberlakuan PPPM diakui Wardiono. Pedagang bahan pangan jenis singkong, ubi jalar, talas dan sejumlah buah itu mengaku sebagian barang dagangan busuk.

Konsumen membeli singkong roti yang dijual Wardiono di Jalan Imam Bonjol, Kemiling, Bandar Lampung, Selasa (13/7/2021) – Foto: Henk Widi

Imbas distribusi yang terhambat sejumlah stok barang kosong. Ia bahkan menyebut distributor asal Jawa Barat, sejumlah kota di Lampung ikut terdampak.

“Saya harus berkomunikasi dengan sejumlah distributor agar memilih akses jalan lain untuk memangkas biaya bahan bakar,” ulasnya.

Meski distribusi logistik kebutuhan pokok tetap diperbolehkan, Wardiono bilang rekayasa lalu lintas menghambat kendaraan. Hanya kendaraan roda dua bisa melintas pada sejumlah jalan protokol.

Sementara sejumlah lokasi pengisian bahan bakar minyak ada di jalan protokol. Sebagian kendaraan memilih melintas di jalan “tikus” yang masih bisa dilintasi kendaraan distribusi.

Adaptasi yang dilakukan Wardiono dengan menjual barang cepat busuk terbatas. Ia mengaku sepekan jelang Iduladha 1442 Hijriah jadi ekspektasi mendapat keuntungan. Namun penjualan stagnan dengan omzet harian rata-rata Rp350.000.

Padahal normalnya dalam sehari ia bisa mendapat omzet Rp1 juta. Akses satu arah bagi kendaraan oleh rekayasa lalu lintas ikut menyumbang penurunan penjualan.

Lihat juga...