Tak Dikelola, Sampah Medis Isoman Bisa Mengancam Kesehatan
Editor: Makmun Hidayat
SEMARANG — Meski angka keterisian (BOR) rumah sakit dan tempat isolasi terpusat Covid-19 menunjukkan tren penurunan , namun masih banyak warga di Kota Semarang, yang melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah. Khususnya mereka yang dinyatakan positif Covid-19, namun bergejala ringan atau bahkan tanpa gejala (OTG)).
Tingginya angka isoman di Kota Semarang ini, di satu sisi juga berdampak pada peningkatan sampah medis yang dihasilkan. Jika hal tersebut tidak dikelola dengan baik, maka sampah medis isoman tersebut, bisa menjadi ancaman bagi kesehatan warga lain di sekitarnya.
“Pada dasarnya isoman diperbolehkan pada mereka yang dinyatakan positif Covid-19, namun dengan gejala ringan ataupun OTG. Di lain sisi, karena mereka melakukan isoman, maka yang bersangkutan juga harus bertanggung jawab secara mandiri terhadap sampah medis yang dihasilkan,” papar Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang, Abdul Hakam saat dihubungi di Semarang, Jumat (30/7/2021).
Pihaknya pun meminta pasien terkonfirmasi Covid-19 dan menjalani proses penyembuhan secara isoman, diminta untuk melakukan pemilahan dan sterilisasi dengan cairan disinfektan pada sampah medis yang dihasilkan sebelum dibuang ke tempat sampah.
“Kesadaran dalam pengolahan sampah medis ini penting, dalam upaya mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan sekitar. Pada dasarnya, virus Covid-19 ini akan mati setelah 8 jam jika menempel pada benda mati, namun alangkah baiknya, jika dilakukan penanganan terlebih dulu sebelum dibuang,” tandasnya.