Adaptif dan Fleksibel Cara Guru-Orangtua Dukung Pola Belajar Anak

Editor: Makmun Hidayat

“Orangtua tetap memberi dukungan pada sekolah, guru dan siswa agar capaian kurikulum tetap terlaksana,” ulasnya.

Peningkatan kemampuan nonteknis bagi guru tenaga pendidik diakui Siti Nurjanah. Guru Madrasah Ibtidayah (MI) Nurul Hidayah Padan, Kecamatan Penengahan itu menyebut sempat gamang dengan pembelajaran online. Namun pemahaman pada orangtua, siswa membuat dua tahun terakhir pembelajaran adaptif, fleksibel dijalankan.

Tetap mengutamakan kesehatan meski sejumlah guru telah divaksin menjadi tantangan KBM adaptif. Capaian belajar bagi siswa sebutnya tetap dilakukan sesuai jumlah jam belajar. Program pemberian kuota internet bagi siswa melalui lembaga terkait diberikan untuk kelancaran PJJ. Namun perkembangan anak agar lebih seimbang, integratif dan holistik dilakukan dengan pemantauan pada setiap anak.

“Pendekatan personal pada orangtua saat anak belajar di rumah, visitasi atau kunjungan jadi cara adaptif agar pembelajaran bisa dilakukan,” ulasnya.

Hal yang sama dilakukan Lusia Yuli Hastiti, guru sebuah SMP PGRI di Kecamatan Marga Sekampung, Lampung Timur. Sejumlah aturan sebutnya terbit terkait KBM Tatap muka diantaranya wilayah PPKM Level 1-3. Penerapan kapasitas 50 persen kapasitas sekolah jadi cara adaptif dan fleksibel agar pembelajaran tetap bisa dilakukan.

Sistem rotasi sebutnya bisa dilakukan untuk kelas berbeda. Tanpa adanya pembelajaran fleksibel, dampak bagi anak didik sebutnya cukup beragam. Dampak kebosanan, kesehatan mental, learning loss bisa dihindari dengan sekolah tatap muka berbasis protokol kesehatan. Meski demikian orangtua sebutnya ikut mendukung dengan edukasi pembelajaran daring,  fasilitas gawai memadai dan pendampingan sosial.

Lihat juga...