Agroforestry Berbasis Tumpang Sari, Cara Warga Berdampingan dengan Hutan

Editor: Makmun Hidayat

LAMPUNG — Sistem pertanian menetap budidaya berbagai jenis tanaman pohon dengan ekosistem menyerupai hutan dikembangkan warga di Bandar Lampung. Meski sebagai kota, sebagian warga menetap di kaki Gunung Betung menerapkan sistem agroforestry berbasis tumpang sari.

Kearifan lokal itu diterapkan petani selama puluhan tahun menjaga kelestarian hutan, sungai sebagai sumber kehidupan.

Hardiman, generasi ketiga di kaki Gunung Betung menyebut warga Kelurahan Sukarame II akrab dengan sungai, bukit dan gunung. Sistem pertanian berbasis tumpang sari menerapkan agfoforestry sederhana dan kompleks. Agrogorestry sederhana dilakukan warga memanfaatkan kebun untuk ditanami tanaman manggis, pala. Sementara agroforestry kompleks ditanami berbagai jenis pohon kayu keras dan buah produktif.

Lahan pada kontur perbukitan sebut Hardiman nyaris sulit didirikan bangunan. Sisi positifnya kontur tersebut menjadi lahan untuk agroforestry berbasis tumpang sari. Ratusan tanaman dalam satu bidang lahan dipertahankan selama puluhan tahun. Tanaman khas meliputi aren, gondang, bambu, matoa, manggis, durian hingga pala. Pada tepi aliran Sungai Way Suka Padang ia menanam pisang batu.

“Bagi petani pekebun istilah tumpang sari menanam berbagai jenis pohon sudah diterapkan puluhan tahun silam, namun dengan adanya edukasi dari Dinas Kehutanan pada kawasan desa penyangga Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman, kaki Gunung Betung warga semakin menyadari konsep agroforestry berbasis tumpang sari,” terang Hardiman saat ditemui Cendana News, Rabu (11/8/2021).

Pemanfaatan lahan tepi sungai berasal dari Gunung Betung jadi sumber penghasilan Hardiman selain menanam berbagai jenis pohon kayu keras untuk konservasi di Kelurahan Sukarame II, Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung, Rabu (11/8/2021). -Foto Henk Widi
Lihat juga...