Arab Saudi Naiki Panggung Sepak Bola Global
Di Al-Hilal, Pereira bergabung dengan mantan striker timnas Prancis Bafetimbi Gomis yang adalah pencetak gol terbanyak musim lalu, pemain sayap Andre Carrillo dari Peru dan Moussa Marega yang baru direkrut dari FC Porto.
Al-Nassr yang menjadi rival Al-Hilal, membeli Pity Martinez dari Argentina pada 2020 seharga 18 juta dolar AS (Rp258 miliar).
Menjelang musim baru, Al-Nassr membeli lagi pemain timnas Kamerun Vincent Aboubakar dari FC Porto dan pemain Villareal asal Argentina, Ramiro Funes Mori.
Bukan hanya pemain kelas atas, klub-klub Saudi juga memiliki citra tinggi untuk pelatih.
Kalau Cina menarik nama-nama besar seperti Marcello Lippi, Luiz Felipe Scolari, Sven-Goran Eriksson dan Manuel Pellegrini, maka Saudi juga dipenuhi pelatih-pelatih besar seperti Leonardo Jardim yang mengantarkan AS Monaco menjuarai liga Prancis pada 2017, dan mantan manajer timnas Brazil, Mano Menezes.
Tetapi, ada kekurangan dari liga Saudi yang tak terjadi dalam sepakbola profesional pada umumnya, yakni ketergantungan kepada donatur-donatur kaya dan dukungan negara.
Misal pada 2018, Pangeran Mohammed bin Salman mesti menginjeksikan dana talangan 340 juta dolar AS (Rp4,8 triliun) untuk menutupi utang klub-klub Liga profesional Saudi.
“Memang pernah beberapa kali ada bailout dari negara, tapi ada keinginan untuk mengapungkan klub dan mengeksposnya untuk menghadapi tekanan pasar agar lebih disiplin secara finansial dan berorientasi komersial,” kata Chadwick seperti dikutip AP.
“Ada optimisme dan gairah dalam sepak bola Saudi yang bukan tanpa dasar.”
Gairah itu juga tidak melulu hadir di dalam lapangan, namun juga di luar lapangan. Salah satunya terlihat dari aktifnya tokoh-tokoh Saudi dalam organisasi sepak bola internasional seperti FIFA.