Bisnis Batu Bata, Optimalkan Pemanfaatan Limbah Penggergajian Kayu

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Sektor usaha pembuatan batu bata masih jadi penopang pembuatan perumahan di Lampung. Peningkatan permintaan batu bata menjadi pendorong bagi produsen batu bata mendapatkan bahan baku.

Permintaan bahan baku tersebut meliputi tanah, kayu bakar. Suroto, produsen batu bata di Desa Negeri Sakti, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran pun tetap berproduksi di masa pandemi ini.

Produsen batu bata memakai mesin, Suroto, dijumpai di Desa Negeri Sakti, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Lampung, Selasa (24/8/2021) lalu – Foto: Henk Widi

Memanfaatkan sistem sewa lahan, Suroto menyebut memasok bahan baku tanah dari proses menggali. Sebagian bahan baku tanah padas, tanah putih diperoleh dari wilayah lain.

Tanah tambahan yang akan digiling memakai alat molen. Harga satu rit tanah ukuran mobil L300 mencapai Rp350.000. Selain tanah ia membutuhkan bahan baku kayu bakar untuk mematangkan batu bata.

Jenis kayu bakar yang dipilih sebut Suroto merupakan limbah penggergajian kayu. Limbah diperoleh dari usaha serkel atau pemotongan kayu, petani pemilik kebun kayu yang dirombak.

Semua bahan bakar itu dipasok oleh pengepul pemasok kayu bakar. Ia membutuhkan sekitar dua mobil kayu bakar dengan harga Rp350.000 satu rit.

“Modal kayu bakar diperoleh dari limbah sisa penggergajian yang dijual dengan harga terjangkau, sebagian justru akan dibuang karena menjadi limbah. Namun menjadi bahan baku untuk proses produksi batu bata,” terang Suroto saat ditemui Cendana News, Selasa (31/8/2021).

Suroto menyebut pemanfaatan limbah kayu penggergajian membantu pembakaran batu bata. Selain kayu bakar, limbah sekam padi dipergunakan olehnya.

Lihat juga...