Budi Daya Magot di Desa Pinggirsari, Mandek

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

BANDUNG – Setelah enam bulan lebih melakukan budidaya magot, Jejen (51), pembudidaya asal desa Pinggirsari, Arjasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat akhirnya memutuskan berhenti.

Jejen menyebut, budidaya magot di wilayahnya sulit berkembang lantaran jalur distribusinya sama sekali tidak ada.

“Saya sudah nyerah. Buat apa juga budidaya magot banyak-banyak tapi tidak ada nilai jualnya. Saya sudah berusaha cari pembelinya, tapi sampai terakhir masih tidak dapat juga,” ujar Jejen kepada Cendana News, Senin (23/8/2021).

Sebelumnya, Jejen menyebut, pemerintah Kabupaten Bandung mengaku bersedia membeli magot hasil budidayanya, hal itulah yang mendorong Jejen melakukan budidaya. Namun sayang, rencana tersebut tak kunjung terealisasi.

“Katanya pejabat yang dulu dipindah tugaskan, jadi dia tidak lagi ngurus soal budidaya magot,” ucap Jejen.

Selama ini, Jejen memanfaatkan magotnya sebagai pakan untuk ternak lele dan ayam miliknya. Namun kapasitas magot yang semakin banyak, tidak berbanding dengan jumlah ternak yang masih sangat sedikit.

“Intinya tidak ada lagi harapan budidaya magot. Daripada capek sendiri, mending berhenti saja,” tukasnya.

Sementara itu, Kepala Desa Pinggirsari, Wawan Somantri, yang sejak awal mendukung Jejen turut berempati. Sejatinya, ia sangat berharap budidaya magot di wilayahya bisa berkembang pesat.

“Budidaya magot ini selain bisa membangun kemandirian ekonomi masyarakat, juga bisa membantu pemerintah melestarikan lingkungan, karena sampah organik dimanfaatkan untuk pakan magot,” katanya.

Sebagai wujud tanggungjawabnya, Wawan pun kini memfasilitasi Jejen melakukan budidaya jamur. Ia sendiri menaruh harapan besar pada kegiatan budidaya jamur tersebut.

Lihat juga...