Demam Babi Afrika, Ratusan Babi di Sikka Mati

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

MAUMERE – Para peternak di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) masih belum berniat memelihara babi kembali setelah diserang virus African Swine Fever atau Demam Babi Afrika.

“Saya masih melihat situasi terlebih dahulu soalnya virusnya kemungkinan masih ada,” kata Tadeus Pega salah seorang peternak babi saat ditemui di rumahnya di Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat, Kabupaten Sikka, NTT, Senin (9/8/2021).

Tadeus menyebutkan, dirinya masih trauma karena 146 ekor babi miliknya semuanya mati terserang virus ASF sejak awal tahun 2021.

Jika ditotal, dirinya mengalami kerugian hampir satu miliar rupiah dan sampai sekarang dirinya masih membiarkan kandangnya kosong setelah dibersihkan.

Ia takut nanti setelah mulai beternak, virus kembali menyerang sehingga dirinya bertekad akan kembali beternak babi di tahun 2022, apalagi kondisi pasar pun saat ini sedang lesu.

“Mungkin tahun 2022 kondisi pasar sudah membaik, apabila pandemi Covid-19 sudah berkurang atau hilang. Saat ini memang kondisi ekonomi sedang sulit dan harga anakan babi pun mahal akibat stok terbatas sekali,” ucapnya.

Peternak babi lainnya, Elisia Digma Dari mengatakan, belasan ekor babinya mati mendadak sehingga dirinya merasa trauma untuk memelihara babi kembali hingga tahun 2022.

Elis mengakui, dirinya kaget ketika satu per satu babi miliknya mati mendadak setiap hari sehingga dirinya hanya disibukkan menggali tanah untuk mengubur babi yang mati.

“Saya masih belum mau pelihara babi dahulu, dan masih tunggu situasinya benar-benar aman dari serangan virus,” ungkapnya.

Elis katakan, ekonominya sudah sulit akibat pandemi Covid-19, membuat sektor pariwisata mati suri dan dia pun kehilangan pendapatan.

Lihat juga...