Eksistensi dan Non Eksistensi

OLEH: HASANUDDIN

DALAM sebuah hadits mutawatir serta mutafaq alaih,  Nabi Muhammad SAW bersabda: “pikirkanlah ciptaan Allah, dan jangan berpikir tentang dzat-Nya”.

Wujud keberadaan sesuatu Dzat merupakan keharusan bagi eksistensi sesuatu. Sesuatu yang “eksis” karena itu mestilah mempunyai Dzat. Karena itu mesti diimani dengan yakin bahwa Dzat Allah itu ada.

Bagi orang yang telah meraih iman dengan penuh keyakinan akan Allah, mereka akan sami’na waatona dengan apa yang disampaikan Nabiullah Muhammad saw di atas. Namun tidak bagi mereka yang belum meraih iman, dan masih mengandalkan akal pikiran mereka yang terbatas itu.

Sebab itu bagi kalangan sebagian pemikir,  pertanyaan sehubungan dengan keberadaan Dzat Allah itu, termasuk bagian dari misteri ilmu pengetahuan,  yang ingin mereka pecahkan.

Padahal sesungguhnya, jika mereka mau sedikit merenung dan mencari makna di balik perkataan Nabiullah dalam hadits di atas itu, mereka tidak perlu menghabiskan waktu, usia, tenaga dan segala sumber daya yang mereka miliki untuk mencari keberadaan Dzat Allah.

Mereka mengajukan beberapa pertanyaan filosofis tentang subjek dan objek pengetahuan. Apakah Tuhan yang telah menciptakan segala sesuatu itu adalah eksistensinya diadakan sehingga Ia merupakan objek dari subjek yang mengadakan?

Pertanyaan seperti ini tentulah tidak diterima karena jika eksistensi sesuatu itu diadakan, berarti dia bukan sesuatu “Yang Awal” dan jika eksistensinya bisa ditiadakan, maka Ia pun dengan sendirinya bukan “Yang Akhir”.

Dalam Al-Qur’an perihal seperti ini telah dijawab tuntas di mana Allah swt berfirman dalam Surah Al-Hadid ayat 3, “Dialah Yang Awal, Dialah Yang Akhir, Dialah Yang Dhahir dan Dialah Yang Batin”. Dengan demikian Dia adalah subjek yang bersifat mutlak. Maka segala ciptaan-Nya secara hakikat bukanlah subjek. Karena menjadi keniscayaan bagi-Nya bahwa Dia tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. (QS. Surah Al-Ikhlas 1-4).

Lihat juga...