Etika Sosial, Belajar dari Keseimbangan Penciptaan dan Pemeliharaan Semesta Alam
OLEH: HASANUDDIN
MENIKMATI fenomena alam dengan segala keindahannya sangat menakjubkan. Destinasi wisata di mana pun di belahan bumi ini, tidak dapat dipisahkan dengan kesempurnaan penciptaan Sang Yang Maha Agung, yang telah “melukis” dengan sangat menakjubkan semesta alam ini, sehingga kita seolah menyaksikan sebuah pameran lukisan dari Begawan pelukis yang tiada bandingannya.
Kesempurnaan, keindahan, kelestarian akan semesta alam yang dapat kita saksikan ke mana pun kita memandang fenomena alam itu, semuanya diatur oleh Allah swt melalui sebuah kunci kegaiban yang disebut dengan Al-Mizan atau keseimbangan. Untuk memastikan keseimbangan tata letak sesuatu, tentu saja memerlukan perhitungan yang sangat teliti dan cermat, sebagaimana firman-Nya:
وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔاۗ وَاِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ اَتَيْنَا بِهَاۗ وَكَفٰى بِنَا حَاسِبِيْنَ
Wa naḍa‘ul-mawāzīnal-qisṭa liyaumil-qiyāmati fa lā tuẓlamu nafsun syai’ā, wa in kāna miṡqāla ḥabbatim min khardalin atainā bihā, wa kafā binā ḥāsibīn.
“Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan.” (Q.S Al-Anbiya’ [21] : 47).
Dan sebagaimana yang kita baca dalam ayat di atas, Allah swt dalam menata kelola keseimbangan, melakukannya dengan perencanaan yang sangat cermat, sehingga tidak “sebiji sawi” pun yang akan protes karena telah merasa dirugikan. Tidak ada penggusuran paksa, tidak ada pengurangan hak kepada siapapun dalam tata kelola semesta alam. Bukankah itu menakjubkan?