Himpun Potensi Petani, Presiden Soeharto Kembangkan KUD

Menurut Pak Harto, untuk mengatasi masalah penerapan teknologi rakyat di lahan sempit untuk meningkatkan produksi, dapat dilakukan melalui intensifikasi dengan Panca Usaha Tani: menggunakan bibit unggul, pupuk, pengendalian hama dan penyakit dengan obat-obatan, irigasi, dan pengolahan tanah yang baik.

“Ternyata memang bisa menaikkan produksi per hektare,” jelas Pak Harto seraya memperbandingkan hasil produksi pertanian yang lebih baik dengan intensifikasi melalui Panca Usaha Tani ketimbang cara-cara tradisional.

Pak Harto mencontohkan, dengan cara tradisional maksimum hanya mampu menghasilkan 2 ton, tapi kemudian menggunakan intensifikasi dengan panca usaha tani dikerjakan masing-masing orang bisa dobel menjadi 4 ton. Kemudian secara kelompok, bisa terbantu bisa dobel lagi menjadi 8 ton.

Tak berhenti di situ, cara penggunaan pupuk urea juga diubah, dari curah menjadi tablet, sehingga mampu menghemat pupuk dan produksi bertambah. Pak Harto menjelaskan, bisa menghemat sekira 20 persen.

“Karena dengan curah itu disebar kemudian masuk tanah bisa terbawa air. Lantas karena terkena angin besar, nangsang pada pohon-pohon. Sehingga dengan tablet bisa menghemat 20 persen biaya, produksinya bisa naik 10 persen. Tentu menguntungkan,” urai Pak Harto.

Suasana acara Temu Wicara Presiden Soeharto dengan Mahasiswa Peserta Kursus Manajemen Koperasi Kopindo, di Tapos (29/5/1994). -Foto: Makmun Hidayat/tangkapan layar akun YouTube HM Soeharto

Namun masalahnya, rakyat tidak mempunyai kemampuan apa-apa untuk membeli sarana produksi. Apakah membeli pupuknya, obat-obatannya, maupun bibit unggulnya.

Lihat juga...