Indef Nilai Pelatihan Digitalisasi UMKM Belum Maksimal
Editor: Makmun Hidayat
JAKARTA — Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Nailul Huda menilai peran pendampingan pelatihan digitalisasi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang dilakukan pemerintah belum maksimal.
Padahal, menurutnya, keberlangsungan UMKM sangat bergantung pada daya tahan dan daya saing usai pelatihan formal. Contohnya, sebut dia, pelaku UMKM kuliner, sangat mudah masuk e-commerce, tapi juga cepat keluarnya.
“Nah, ini artinya yang tidak bisa bersaing akan lebih mudah keluar. Karena ketika tidak ada perputaran bisnis yang cepat, maka ya mereka pun akan gulung tikar,” ujar Huda, saat dihubungi Cendana News, Selasa (24/8/2021).
Padahal menurutnya, UMKM kuliner menyimpan potensi untuk menjadi andalan e-commerce di Indonesia. Dia berharap pemerintah agar memprioritaskan sektor kuliner untuk go digital.
“Potensi UMKM kuliner untuk berkembang jauh lebih besar dibanding komoditas lainnya pada masa pandemi Covid-19,” ujarnya.
Maka itu, kata dia, pemerintah harus mendorong pelaku UMKM menemukan sektor potensial untuk masuk ke e-commerce. Karena jika tidak fokus ke sektor tertentu, dalam hal ini sektor kuliner yang potensial. Tentu dampaknya UMKM akan tergerus pasar asing.
Kembali dia mencontohkan produk makanan beku atau frozen food yakni makanan khas nusantara yang dipasarkan di platform e-commerce berpeluang meraup keuntungan besar.
Ini menurutnya, karena produk tersebut memiliki jangkauan permintaan yang lebih luas dibandingkan dengan makanan siap saji yang dilakukan melalui layanan pesan-antar.
Makanan beku jelas dia lagi, dapat bertahan selama beberapa hari dalam perjalanan pengiriman. Sementara makanan siap saji tidak bisa tahan lama. Namun demikian tantangannya, memang makanan beku butuh teknologi dan biaya yang tidak sedikit untuk produksinya.