Kemenperin Dorong Pendalaman Struktur Industri Manufaktur Lewat Hilirisasi
JAKARTA — Kementerian Perindustrian konsisten mendorong pendalaman struktur industri manufaktur melalui kebijakan hilirisasi berbasis sektor primer yang bermanfaat dalam meningkatkan nilai tambah terhadap perekonomian, peningkatan investasi dalam negeri, pembukaan lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja, dan pertumbuhan industri manufaktur dalam negeri.
“Kita tidak boleh berpuas diri sebagai eksportir hasil bumi baik dari pertanian maupun pertambangan,” kata Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita, lewat keterangannya di Jakarta, Selasa (17/8/2021).
Menperin menyampaikan, dengan sumber daya alam yang berlimpah, Indonesia memiliki potensi sangat besar untuk menjadi negara eksportir berbagai produk berbasis agro, mineral, migas, dan batubara.
Di sektor industri agro, sebagai contoh Indonesia berhasil melakukan hilirisasi minyak sawit (CPO).
Dalam kurun 10 tahun ekspor produk turunan kelapa sawit meningkat dari 20 persen pada 2010 ke 80 persen pada tahun 2020.
Sebagai produsen rumput laut terbesar kedua di dunia, Indonesia dalam empat tahun terakhir telah berhasil meningkatkan nilai ekspor produk hilir rumput laut dari 45,7 juta dolar AS pada 2007 ke 96,2 juta dolar AS pada 2020.
Indonesia juga dikenal sebagai pengolah kakao terbesar ketiga dunia. Dengan kapasitas terpasang sekitar 800 ribu ton per tahun, ekspor produk olahan kakao menyentuh angka 1,12 miliar dolar AS pada 2020.
Hilirisasi di sektor industri petrokimia sangat strategis karena menghasilkan bahan baku primer untuk menopang banyak industri manufaktur penting seperti tekstil, otomotif, mesin, elektronika, dan konstruksi.
Pemerintah saat ini tengah mengawal beberapa proyek pembangunan industri petrokimia raksasa -salah satunya di Bintuni, Papua- dengan total nilai investasi sebesar 31 miliar dolar AS.