Matun, Cara Petani Kurangi Residu Kimia
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
LAMPUNG – Sistem pertanian modern kerap diterapkan dengan penggunaan bahan kimia berlebih. Namun bagi sebagian petani di Kabupaten Lampung Selatan pertanian berbasis kearifan lokal masih dipertahankan.
Penerapan pertanian berkelanjutan diterapkan oleh Suparjo di Desa Gandri, Kecamatan Penengahan. Salah satu teknik diterapkan dengan kegiatan matun pada tanaman padi.
Matun sebut Suparjo dilakukan pada tanaman padi. Pada lahan pertanian jagung, kacang tanah sistem tersebut dikenal dengan besrik atau ngoret.
Matun sebutnya berasal dari kata bahasa Jawa bermakna pembersihan gulma rumput kategori organisme pengganggu tanaman (OPT). Jenis rumput kolomento, kawatan, gejawan dan kiambang, genjer, kangkung kerap tumbuh di area sawah.
Teknik matun sebut Suparjo dilakukan pada sela tanaman padi dengan sistem jajar legowo. Teknik matun sebutnya jadi salah satu variasi pertanian berbasis lingkungan.
Sebab melalui matun yang diterapkan memakai alat gosrok dengan teknik dorong efektif membersihkan gulma. Teknik matun kedua dengan cara manual pencabutan rumput memakai tangan kerap dilakukan petani perempuan.
“Bagi petani laki-laki matun kerap dilakukan dengan alat gosrok besi yang diberi gagang kayu, cara alamiah tersebut bisa mengurangi gulma rumput pada bidang sawah sehingga meminimalisir penggunaan bahan kimia herbisida untuk memusnahkan gulma pada tanaman padi,” terang Suparjo saat ditemui Cendana News, Rabu (18/8/2021).
Alat sosrok sebut Suparjo membantu petani dalam mengurangi gulma rumput. Meski demikian ia menyebut teknik ngarit atau pemangkasan rumput tetap dilakukan pada galengan dan tegalan.