Matun, Cara Petani Kurangi Residu Kimia

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Meminimalsir penggunaan herbisida dilakukan Sutrisno, petani di Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan untuk mengurangi gulma rumput, Rabu (18/8/2021) – Foto: Henk Widi

Jenis gejawan, kawatan merupakan rumput gulma yang bijinya terbawa oleh aliran air irigasi. Imbasnya sejumlah gulma perlu dikendalikan memakai herbisida. Selain oleh air bibit gulma rumput terbawa oleh angin.

Sutrisno juga menyebut penanganan gulma, OPT berbasis organik mengurangi residu bahan kimia. Memasuki masa tanam ketiga dengan hama tikus yang kerap menyerang ia memakai pagar plastik.

Pagar yang dikenal dengan trap barrier system (TBS) menjadi cara petani mengurangi hama tikus. Perangkap pada satu petak disiapkan agar populasi tikus bisa dikendalikan. Cara itu juga menghindari pemakaian racun tikus kimia.

Penggunaan pola pertanian ramah lingkungan sebut Sutrisno juga dilakukan dengan cara alami. Ia mempergunakan daun sirsak, cangkang telur, buah mengkudu dan merica.

Semua bahan sebutnya difermentasi lalu diletakkan pada sejumlah tegalan. Sejumlah lokasi lubang tikus diberi umpan dengan merendam kelapa.

Aroma bahan organik tersebut bisa meminimalisir hama tikus pada lahan sawah.

Lihat juga...