Menelisik Keterikatan Situs Lebak Cibedug dengan Masyarakat

Editor: Makmun Hidayat

“Dari nama sungai, menjadi nama kampung. Akhirnya situsnya pun disebut sebagai situs Cibedug. Secara makna, situs Lebak Cibedug ini memiliki dua hal, yaitu makna titipan dan tutupan,” kata Lutfi dalam kesempatan yang sama.

Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya Banten, Dr. Lutfi Yondri, MHum, menjelaskan tentang pundan berundak di situs Lebak Cibedug, dalam acara arkeologi, Minggu (29/8/2021). -Foto Ranny Supusepa

Ia menjelaskan banyak yang menyebutkan kalau situs Lebak Cibedug merupakan piramida kecil. Karena bentuknya persegi dan memiliki tangga.

“Lebak Cibedug ini bukan piramida kecil. Hal ini bisa dilihat dari adanya halaman di area tersebut, yang merujuk pada pundan berundak. Lagipula, kalau piramida memiliki ruangan di dalamnya. Tapi kalau pundan berundak tidak,” ucapnya.

Ia menjelaskan pada situs Lebak Cibedug ini ditemukan dua halaman dan satu halaman utama yang terdiri dari batuan andesit dan menhir sebagai daerah pembuka atau pintu gerbang.

“Pada halaman utama, tatanan batunya lebih komplet. Terdiri dari beberapa struktur, batu andesit dan balok batu andesit,” ucapnya lagi.

Lutfi menjelaskan selain pundan berundak ini, di Kampung Cibedug juga ditemukan 11 batu yang berdiri sendiri, yang disebut oleh masyarakat sebagai batu tugu.

“Di masa lalu, batu tugu ini merupakan penanda kampung. Dan ada juga batu tergores, yang berupa batu dengan beberapa goresan di sisi sampingnya, yang terletak tak begitu jauh dari pundan berundak,” pungkasnya.

Lihat juga...