Nelayan di Lebak Meraup Jutaan Rupiah dari Penangkapan Benur
LEBAK – Pendapatan nelayan tangkapan benur lobster di pesisir selatan Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, sejak dua pekan terakhir berhasil meraup jutaan rupiah.
“Kami hari ini mendapatkan tangkapan 200 ekor benur lobster dengan berat 8 gram, dijual Rp 10 ribu per-ekor, dengan menghasilkan ekonomi Rp2 juta, ” kata Ali (40), seorang nelayan di TPI Tanjung Panto Wanasalam Kabupaten Lebak, Senin (30/8/2021).
Tangkapan benur lobster cukup menjanjikan, untuk meningkatkan pendapatan ekonomi keluarga. Saat ini, harga benur lobster jenis mutiara berkisar Rp10 ribu sampai Rp15 ribu per-kilogram. Penangkapan benur di Kabupaten Lebak, kebanyakan jenis mutiara, yang masuk kategori terbaik di dunia. Populasi udang lobster di Lebak, yang berada di Perairan Samudera Hindia, disebut-sebut menjadi yang terbaik.
Para nelayan, menangkap benur lobster dengan memasang bangkrak sejenis bagan, tetapi berukuran lebih kecil dari bagan. Bangkrak ini menjadi media alat tangkap benur dan ikan teri yang tidak layak dikonsumsi. Karena itu, banyak nelayan jaring ikan yang beralih menjadi nelayan bangkrak penangkap benur, karena berdampak terhadap ekonomi warga pesisir. “Saya kira benur lobster membawa berkah, karena dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga,” katanya.
Saat ini, penampung benur cukup banyak sehingga nelayan tidak kesulitan untuk menjualnya. Hasil tangkapan benur itu tinggal dihitung dan dibawa ke sejumlah penampung. “Pokoknya, benur itu dibawa ke penampung berapa saja jumlahnya nantinya pulang langsung dibeli tunai,” jelasnya.
Nelayan lainnya, Omas (45), mengaku sudah dua tahun menjadi nelayan bangkrak, karena cukup menguntungkan dibandingkan menjadi nelayan jaring. Selama ini, nelayan bangkrak relatif kecil, sebab biayanya cukup besar. Pemasangan bangkrak, membutuhkan modal Rp 30 juta untuk membeli mesin genjet, bambu dan atap, lampu, serta jangkar hingga tempat penampungan udang benur dan teri.