Penuhi Kebutuhan Sinar Matahari saat Pembenihan, Kunci Hidroponik Subur
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
SEMARANG – Tanaman tumbuh kurus memanjang atau etiolasi, menjadi salah satu kendala yang kerap ditemui pada budidaya sayuran dengan metode hidroponik. Jika hal tersebut tidak diatasi, berakibat tanaman tersebut memiliki daun kecil dan tipis, akar kurang lebat, sehingga batang tidak kokoh. Hasilnya pun tidak optimal.
“Penyebab utama kondisi tersebut, karena minimnya cahaya matahari, pada saat proses pembenihan. Untuk mengatasinya, pada saat penyemaian benih di media rockwool basah, setelah pecah biji benih atau sprout, segera pindahkan wadah penyemaian ke tempat yang terkena sinar matahari (simat) secara langsung,” papar pegiat hidroponik, Ira Rahmawati, saat ditemui di rumahnya, di Semarang, Senin (9/8/2021) petang.
Dengan cara tersebut, kebutuhan simat akan terpenuhi, sehingga proses fotosintesis tanaman berjalan optimal, yang nantinya akan berbanding lurus dengan pertumbuhan tanaman.
“Usia pembenihan hingga pindah tanam kurang lebih sekitar dua minggu, atau tanaman sudah memiliki empat daun. Pindah tanam ini, maksudnya dipindahkan dari rockwool pembenihan ke sistem instalasi hidroponik,” lanjut Ira.
Lebih jauh dijelaskan, selayaknya metode budidaya lainnya, dalam sistem hidroponik, proses pemupukan menjadi unsur penting.
“Pemupukan ini memiliki peran penting, dalam kesuksesan hidroponik, sebab berkaitan dengan kecukupan kebutuhan nutrisi pada tanaman. Gunakan pupuk AB Mix , yang merupakan campuran antara pupuk yang mengandung unsur kalium, sulfat dan fosfat. Ketiga unsur ini diperlukan dalam pertumbuhan,” terangnya.
Agar optimal, dalam penggunaannya tidak boleh dicampur terlalu pekat, supaya tidak menimbulkan endapan. Hal tersebut dikarenakan akar tanaman dalam metode hidroponik, hanya dapat menyerap nutrisi yang telah terlarut dalam air.