Pertanian Sirkular Berbasis Kearifan Lokal Pedesaan, Beri Manfaat Berlipat

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Pola pertanian modern telah menggantikan sebagian sistem pertanian tradisional. Berbagai teknik pertanian irigasi tetes, hidroponik telah menggeser pola pertanian pedesaan yang dijaga sebagai kearifan lokal.

Pertanian sirkular berbasis kearifan lokal itu dipertahankan Fransiska, petani di Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan.

Hidup sebagai petani selama puluhan tahun sebut Fransiska memberi ilmu secara empiris di lapangan. Berbekal ilmu dari leluhur asal Yogyakarta ia melakukan sistem pertanian sirkular.

Memiliki tanah leluhur di Wonosari, ia menyebut merasakan sulitnya mengolah lahan. Kala tinggal di Lampung pemanfaatan maksimal berbasis kearifan lokal dilakukan dengan pertanian sirkular.

Pertanian sirkular secara sederhana diakuinya sudah jamak diterapkan petani. Hasil kebun digunakan sebagai sumber bahan pangan, sebagian limbah berguna untuk pakan ternak.

Hasil pertanian sebagai pakan ternak menghasilkan pupuk kompos, pupuk kandang. Selanjutnya pupuk berguna menyuburkan tanaman sayuran, bahan pangan. Pola tersebut dilakukan selama puluhan tahun oleh petani pedesaan.

“Sejak dahulu kami menanam jagung untuk dimanfaatkan bijinya sebagai campuran beras, batang sebagai pakan ternak sapi dan kambing sehingga bisa mendapatkan hasil sampingan dari beternak, selain itu sejumlah sayuran bisa diberi pupuk penyubur tanaman sehingga hasilnya maksimal,” terang Fransiska saat ditemui Cendana News, Senin (2/8/2021).

Penerapan pertanian sirkular sebut Fransiska tidak terhalang oleh terbatasnya lahan. Meski telah memiliki lahan sawah ia menyebut bisa memanfaatkan lahan di pekarangan.

Lihat juga...