Petani Milenial di Sikka Kembangkan Tanaman Organik
Redaktur: Satmoko Budi Santoso
MAUMERE – Pandemi Covid-19 memacu seorang petani milenial di Desa Geliting, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bekerja di sebuah LSM yang dikelola UNICEF mengundurkan diri dan terjun jadi petani.
“Bulan November tahun 2020 saya mulai terjun jadi petani organik dengan modal Rp35 ribu,” sebut Mikael Guardus Sintus, warga Desa Geliting, Kecamatan Kewapante, Kabupaten Sikka, NTT saat ditemui di kebunnya, Senin (16/8/2021).
Mikael mengatakan, uang tersebut dipergunakan untuk membeli bibit sayuran yang ditanam di pekarangan rumahnya, berukuran panjang 10 meter dan lebar 2 meter.
Dirinya membuat bedeng-bedeng untuk menanam sayuran organik, sementara tanaman organik menggunakan hidroponik dibuat menyerupai kolam dengan belajar melalui youtube.
“Saya pergunakan bahan dari barang-barang bekas yang ada dan mudah untuk diperoleh. Pagar dan kolam saya pergunakan bambu serta kayu yang ada di sekitar rumah,” ucapnya.
Mikael mengakui, menyediakan pupuk kompos dan pupuk organik cair dengan cara mengolah mengandalkan limbah rumah tangga.
Ia mengaku, memilih menanam sayuran organik, sebab dirinya berpikir soal kesehatan orang yang mengonsumsi, terutama para perempuan dan bayi, serta balita.
Dirinya menanam sayuran pagoda, selada, pakcoy serta kangkung di bedeng-bedeng yang ada di pekarangan rumahnya.
“Saya mencoba menanam pakcoy dan pagoda karena belum banyak yang menanam. Katanya sayuran ini tidak bisa tumbuh di daerah pesisir sehingga saya mencoba, dan ternyata berhasil tumbuh dengan baik,” tuturnya.