Petani Talas Benang Raup Rupiah di Masa Pandemi
PONTIANAK – Petani Talas Benang atau yang juga dikenal keladi sering dipandang sebelah mata lantaran harganya yang relatif murah, saat ini berpotensi meraup rupiah di tengah pandemi COVID-19, kata Pengusaha Pertanian Kalbar, Rudyzar Zaidar Mochtar.
“Selama ini, sebagian besar masyarakat kita umumnya hanya bisa memanfaatkan umbinya saja sebagai olahan pangan. Namun ternyata daun Talas Benang kini bisa menjadi komoditas ekspor, yang dimanfaatkan sebagai alternatif daun tembakau untuk produk rokok,” kata Rudyzar Zaidar Mochtar di Pontianak, Selasa.
Dia menjelaskan, pihaknya saat ini bersama kelompok petani sedang mengembangkan komoditas Talas Benang di Kalbar dalam menggerakkan perekonomian masyarakat.
“Potensi ekspor Talas Beneng saat ini terbuka luas, karena bisa dijadikan alternatif tembakau di tengah tingginya pajak tembakau di sejumlah negara, dan rasanya memang mirip, tetapi dengan nikotin dan tar yang lebih rendah,” ujarnya.
Talas Benang tidak seperti kebanyakan talas umumnya, yakni diameter daunnya sangat besar yaitu bisa satu meter, kemudian pohonnya tingginya bisa hingga tiga meter bahkan lebih.
“Saat ini komoditas ini sedang menjadi primadona di Pulau Jawa, bahkan sudah banyak petani sana yang menanam Talas Benang. Apalagi tanaman ini tergolong cepat panen, yaitu setiap tiga bulan daunnya sudah bisa dipanen,” ungkapnya.
Sehingga, potensi ekspor Talas Benang sangat menjanjikan bila segera direalisasikan. Selain daunnya, pelepah atau batangnya juga bisa dijadikan olahan makanan, begitu juga umbinya yang mengandung nutrisi. “Jadi tidak ada bagian dari tanaman ini yang tidak bisa menjadi nilai ekonomis, maka dari itu saya tertarik untuk mengembangkannya di Kalbar,” katanya.