Produksi Gamelan di Banyumas Tetap Bertahan di Tengah Pandemi
Editor: Makmun Hidayat
BANYUMAS — Memproduksi gamelan yang merupakan alat musik tradisional, dibutuhkan kesabaran serta ketelatenan. Meskipun pemesanan gamelan terbilang jarang, terlebih di tengah kondisi pandemi Covid-19 yang berkepanjangan seperti sekarang ini, namun Eko Kuntowibowo, warga Desa Pekunden, Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas tetap bertahan dengan usahanya tersebut.
“Tidak mudah untuk terus bertahan dengan usaha ini, namun saya tidak hanya mengejar bisnisnya semata, tetapi juga keinginan untuk melestarikan gamelan, sebagai kesenian warisan leluhur, supaya tetap dikenal oleh generasi muda,” katanya, Selasa (3/8/2021).
Produksi gamelan Eko Kuntowibowo telah memiliki popularitas yang cukup tinggi, sehingga sudah terjual ke berbagai daerah. Seperti Bali, Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa tengah, Yogyakarta, Jakarta dna kota lainnya. Untuk satu perangkat gamelan harganya kisaran Rp 70 juta hingga ratusan juta, tergantung dari kelengkapan dan permintaan konsumen.

Lebih lanjut, guru SMK Negeri 3 Banyumas ini betutur, untuk satu perangkat gamelan lengkap, terdiri dari rebab, kendhang, gender, bonang barung, bonang penerus, slenthem, demung, saron, saron penerus, ketuk, kempyang, kempul, suwukan, gong, siter, gambang dan suling. Satu perangkat lengkap gamelan tersebut, membutuhkan waktu lebih dari satu bulan untuk mengerjakannya. Dengan jumlah pekerja sekitar 10 orang.