Rofin, Peternak Ayam Kampung : Dulu Saya Bingung Mau Jual Kemana

Redaktur: Muhsin Efri Yanto

Benar saja, Mei 2020 perangkat Desa Kajowair, Kecamatan Hewokloang datang menemuinya dan mengajak kerjasama memberantas stunting. Dari situ akhirnya desa lainnya di kecamatan tersebut dan Kecamatan Kewapante pun mengajak kerjasama hingga pihak Puskesmas.

“Dulu saya bingung mau jual kemana, tapi sekarang pusing karena harus menjaga stok dan kontinuitas,” ucapnya.

Putera dari Pius Tata Muda dan ibu Lusia Ema Kewuta ini mengaku dalam seminggu melayani pelanggan 20 sampai 30 papan telur dimana satu papan berisi 600 butir.

Rofin katakan, saat pandemi Covid-19 banyak juga yang membeli telur ayam untuk menaikan imun tubuh.

Ia mengaku tidak menggunakan obat-obatan kimia dan membuat ramuan sendiri berbahan lokal, sementara makanan ayam dari bahan lokal berupa jagung, dedak padi, konsentrat dan protein.

“Setiap minggu sekali saya memberi jamu sebagai ramuan untuk ayam dan dicampur dengan makanan agar telurnya lebih sehat dikonsumsi,” paparnya.

Diakui Rofin, selama berusaha 3 kali ayam mengalami kematian hingga 200 ekor.

Sang isteri pun sempat marah dan menyuruhnya mencari pekerjaan lain karena takut mengalami kerugian, namun ia tetap memilih bertahan jadi peternak.

Untuk menambah ilmu dan pengetahuan, dirinya bergabung di Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli).

“Ayam umur dua bulan saya jual Rp75 ribu per ekor dengan berat 1,5 kilogram dan umur tiga bulan Rp150 ribu dengan berat 1 kilogram lebih,” jelasnya.

Kepala Desa Ian Tena, Thomas Alfa Edison mengaku bekerjasama dengan Rofin selaku pemilik Solideo Farm untuk mengatasi stunting, gizi buruk, gizi kurang dan ibu hamil KEK di desanya.

Lihat juga...