Sahabat…. Pada tanggal 23 Agustus 1923, ibu kami dilahirkan, oleh seorang ibu, yang bernama Siti Hatmanti dan seorang Bapak yang bernama Sumoharyomo. Sahabat, layaknya bayi akan lahir ke dunia setelah 9 bulan berada di perut ibundanya. Tapi ibu kami ini berbeda, beliau terlahir setelah 12 bulan berada di perut Eyang Putri.
Saya pernah bertanya kepada ibu. Ibu membenarkan. Karena saya ingin lebih jelas, sewaktu saya sowan (berkunjung) Eyang ke Solo, saya tanyakan pada Eyang saya, apakah benar cerita itu.
Eyang ngendiko (berkata) sambil tersenyum : ”Iyo ngger, ibumu kuwi seneng digendong Eyang, nganti 12 sasi, lagi kerso miyos.” (Iya nak, ibumu itu seneng digendong eyang, sampai 12 bulan, baru mau keluar).
Sahabat, seluruh pembicaraan dengan Eyang, kami lakukan dalam bahasa Jawa. Untuk menyingkat cerita, saya coba menulisnya dalam Bahasa Indonesia.
Cerita Eyang Putri:
“Karena sudah 12 bulan ibumu belum lahir juga, Eyang Putri dibawa ke kandang kambing oleh orang tua Eyang, dan kemudian dimasukkan ke dalam kandang sebentar, lalu dikeluarkan dari kandang. Selanjutnya Eyang dimandikan. Kemudian berdoa, agar Gusti Allah maringi Kuasane (memberi Kuasa Nya), agar ibumu segera lahir, slamet, sehat, komplit, jadi anak yang baik, dekat dengan Allah, berbudi pekerti dan pinter. Eyang belom tau, bayinya laki-laki atau perempuan saat itu.”
Saya tanyakan kepada Eyang : ”Nyuwun sewu Eyang, kenapa harus dibawa ke kandang kambing.”
Ngendikonya (kata) eyang: ”Itu tradisi kuno ngger, karena kambing 1 tahun baru melahirkan, diyakini supaya jangan lahir lebih dari 1 tahun, dibawalah ke kandang kambing, supaya cepet lahir”.