Update COVID-19 18 Agustus 2021: Angka Kematian Harian dan Angka Kesembuhan Turun

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

Direktur IDEAS, Yusuf Wibisono, dijumpai Kamis (1/7/2021) lalu – Foto: Ranny Supusepa

“Indonesia per hari hanya 100 ribu. Padahal target idealnya itu 400 ribu per hari. Jumlah tes yang masuk ke data global sebanyak 29.680.097 itu jumlah spesimen. Kalau jumlah orangnya 20 juta,” kata Yusuf saat dihubungi, Rabu (18/8/2021).

Kurangnya jumlah tes ini, lanjutnya, lebih besar disebabkan karena harganya yang mahal.

“Akhirnya hanya mereka yang kaya, yang mampu membayar yang bisa melakukan. Ada yang gratis, tapi hasilnya sangat lama keluarnya,” ucapnya.

Tapi ia menyatakan, harga Rp500 ribu yang ditetapkan pemerintah pun masih terlalu mahal.

“Sebaiknya di harga Rp150 ribu, sehingga akan lebih banyak masyarakat yang memiliki kemampuan untuk menjalankan tes PCR. Karena prinsip dasarnya, tes PCR itu harusnya gratis. Jikapun berbayar harusnya semurah mungkin,” ucapnya lagi.

Ia menyebutkan kendala dana adalah kemungkinan terbesar sebagai penyebab harga tes yang mahal di Indonesia.

“Kemungkinan karena masalah alokasi anggaran, bukan karena tidak mau memperlihatkan angka kasus yang besar jika dilakukan tes secara menyeluruh. Karena kalau angka kasus besar, artinya gagal tangani pandemi. Atau ada juga yang mengemukakan kemungkinan paling ekstrem, yaitu rakyat memang dibiarkan berhadap-hadapan langsung dengan virus dan berharap akan survive sehingga terjadi herd immunity secara alamiah.

Tentunya ini skenario ‘jahat’ yang kejam ya dan seharusnya bisa dihapus untuk kasus Indonesia karena dari awal pemerintah komitmen vaksinasi, walau kenyataannya program vaksinasi berjalan lamban sekali,” pungkasnya.

Lihat juga...