Bappenas: Penerapan Sistem Ekonomi Sirkular Kian Mendesak
BANDUNG — Penerapan sistem ekonomi sirkular atau berkelanjutan kini kian mendesak. Pasalnya, praktik ekonomi linier (ambil, pakai, buang) yang selama ini berlangsung, telah membuat jumlah emisi meningkat pesat, dan pada gilirannya juga mengakibatkan terjadinya peningkatan temperatur global.
“Menurut The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), kalau kita tidak melakukan tindakan serius untuk mengubah praktik ekonomi linier ini, maka di akhir abad 21 temperatur global akan meningkat hingga lima derajat celcius. Tapi jika ambisi kita kuat untuk memulai praktik ekonomi sirkular, maka kita bisa menahannya di level 1,5 derajat celcius,” ujar Direktur Lingkungan Hidup Bappenas, Medrilzam pada webinar bertajuk Circular Economy in Indonesia yang diikuti Cendana News, Rabu (29/9/2021).
Menurut Medrilzam, ekonomi sirkular merupakan sistem ekonomi yang dapat memaksimalkan sumber daya alam tetap dapat digunakan selama mungkin, sehingga rantai pasokan melingkar dan mengurangi biaya, memberikan stabilitas harga, serta melindungi lingkungan.
“Ekonomi sirkular ini manfaatnya tidak hanya dari sisi lingkungan, tapi juga ekonomi itu sendiri. Berdasarkan kajian kami (Bappenas), penerapan ekonomi sirkular berpotensi menimbulkan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp593 triliun di tahun 2030,” kata Medrilzam.
“Dari sisi sosial, penerapan ekonomi sirkular bisa menciptakan 4,4 juta lapangan kerja di tahun 2030, dan 75 persen di antaranya berpotensi untuk perempuan. Lalu dari sisi lingkungan, berpotensi mengurangi emisi hingga 126 juta ton, dan mengurangi penggunaan air sebesar 6,3 miliar kubik di tahun 2030,” sambung Medrilzam.