Berbagai Teknik Petani di Lamsel Cegah Serangan Hama

Editor: Koko Triarko

Sutrisno bilang juga tetap menerapkan teknik tradisional. Pengamatan langsung pada tanaman padi dan pemilihan tepat waktu penyemprotan hama menjadi solusi.

Ia menyebut, siklus populasi hama bisa dikendalikan menyesuaikan masa hidupnya. Secara tradisional, ia melakukan penyemprotan hama wereng, ulat daun, klaper sebelum tanggal 10 kalender bulan.

Cara lain, menerapkan insektisida harus memperhatikan waktu. Penyemprotan memakai racun kontak dilakukan sebelum pukul 09.00 pagi. Sebab, waktu tersebut bulir dan bunga padi belum mekar, sehingga racun kontak tidak mengganggu pertumbuhan padi. Saat penyemprotan dilakukan di atas jam 09.00 pagi, bunga padi akan mekar dan imbasnya bulir berpotensi terkena semprotan insektisida.

“Penanganan hama terpadu, pengaturan waktu dilakukan dengan belajar sekolah lapang pertanian dari PPL,” ulasnya.

Penerapan pengendalian hama terpadu, ujar Sutrisno juga memakai teknik tradisional. Pada penanganan hama tikus, burung pipit, ia memakai obat dari daun sirsak. Maraknya penggunaan listrik pada pengendalian hama tikus tidak diterapkan. Sebab, bahaya listrik kerap mengancam. Selain daun sirsak, ia memakai racun tikus yang diumpankan dengan kelapa.

“Pengendalian hama burung pipit dilakukan dengan membuat jaring, bunyi-bunyian dari kaleng berisi kerikil,” ulasnya.

Petani lainnya, Sukeri, memilih menggunakan cara tradisional dalam pengendalian hama burung pipit. Hama burung pipit kerap muncul dalam jumlah banyak saat pagi dan sore hari. Serangan hama burung, datang bergerombol dengan populasi ratusan ekor. Imbasnya, bulir padi muda dihisap berimbas kosong saat panen. Selain ditunggu agar tidak merusak bulir padi, ia juga membuat tonggak plastik pengusir burung.

Lihat juga...