Demi Sekolah Daring, Pelajar di Tapin Cari Sinyal di Atas Bukit
BANJARMASIN — Hampir dua tahun sejak pembelajaran tatap muka (PTM) dihentikan, pelajar di Desa Pipitak Jaya, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, terpaksa harus pergi ke bukit atau dataran tinggi demi mendapatkan sinyal untuk mengikuti kegiatan sekolah secara dalam jaring (daring).
Murid SMKN 1 Tapin Selatan M Farizal Arliandi, mengungkapkan setiap hari dia bersama pelajar lainnya, sekolah di atas dataran tinggi yang dikenal dengan nama Bukit Pamujaan di Desa Pipitak Jaya.
“Biasanya dari pukul 08.00 WITA sampai pukul 16.00 WITA ada aja kawan-kawan. Kalau pagi hadir semua di sini, lebih 20 orang hanya untuk absensi, membuka materi atau mengumpulkan tugas,” ujar pelajar kelas XI Jurusan Audio dan Video itu di Tapin, Kamis (9/9/2021).
Dikatakannya, hal yang paling membuat para pelajar kesal yaitu ketika listrik mati, jaringan internet hilang total hingga tidak bisa mengikuti kegiatan belajar.
“Bila listrik mati, sinyal hilang. Pernah waktu ulangan tidak sempat mengumpulkan jawaban jadi terpaksa ikut ulangan susulan,” ungkapnya.
Setiap hari jadwal sekolah harus mengerjakan tugas rata-rata lima mata pelajaran. Bermodal buku dan telepon pintar setelah mendapatkan materi pembelajaran dari guru langsung mengerjakan tugas yang diberikan di sebuah pondok beratapkan terpal.
“Komunikasi dengan guru menggunakan aplikasi WhatsApp dan ketika belajar mengajar dan mengumpulkan tugas melalui google class room,” ujarnya.
Pernyataan itu senada dengan pelajar lain Ahmad Faqih (16) murid kelas X di SMKN 1 Tapin Selatan jurusan perikanan dan Muhammad Aria (14) murid kelas IX di SMPN 1 Piani.
Banyak pelajaran yang diberikan sekolah tidak dapat dipahami dengan metode belajar daring seperti saat ini. Dengan gaya pembelajaran seperti cepat mendatangkan kejenuhan.