Efikasi Vaksin Nusantara Harus Lebihi Moderna

Editor: Koko Triarko

Peneliti Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Fajri Azhar, saat memaparkan peningkatan kasus Covid-19 pada diskusi virtual IDEAS  tentang Evaluasi Pandemi di Jakarta yang diikuti Cendana News, Kamis (14/1/2021). -Foto: Sri Sugiarti

JAKARTA – Peneliti Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Fajri Azhar, menilai vaksin Nusantara dapat bersaing dengan vaksin lainnya dan diterima oleh masyarakat luas. Terpenting vaksin Nusantara harus memenuhi standar  organisasi kesehatan dunia (WHO/World Health Organization), yakni di atas 50 persen efikasinya.

“Jangankan masyarakat Indonesia, bisa ditawarkan juga ke masyarakat dunia international ketika vaksin Nusantara ini memenuhi standar WHO, yaitu di atas 50 persen efikasinya,” ujar Fajri, kepada Cendana News saat dihubungi Jumat (3/9/2021).

Saat ini, menurutnya dari informasi yang didapat tentang vaksin Nusantara baru mendapatkan untuk izin uji klinik tahap tiga.

Artinya, uji klinik tahap tiga ini uji coba ke sampel manusia terkait tingkat kemanjuran, untuk mencegah terpaparnya atau terinfeksinya seorang manusia untuk bisa terproteksi dari virus tersebut.

“Baru sampai sejauh itu, sih sebetulnya. Selebihnya memang ada kabar yang beredar, bahwa vaksin Nusantara sudah dipesan oleh Turki sebanyak sekian dosis. Namun, sampai saat ini implikasinya masih belum keluar hasilnya, karena memang  masih uji klinik tahap tiga,” urainya.

Dikatakan dia, kalau bicara kualitas vaksin, itu ibaratnya  untuk saat ini saja di Indonesia sudah masuk vaksin yang levelnya high class (tingkat tinggi), yaitu Moderna dan Pfizer. Sehingga, bila  dibandingkan dengan vaksin Nusantara, masih diragukan.  Karena belum meningkatkan  kepercayaan masyarakat terhadap vaksin Nusantara ,yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan beberapa universitas ternama di Indonesia.

“Kalau saya sih memperkirakannya berdasarkan dokumen yang mereka rencanakan, karena ini masih tahap tiga uji kliniknya. Kemungkinan  besar akhir 2021 atau tahun depan baru dapat izin edar secara massalnya. Kalau sekarang masih belum kelihatan,” ujarnya.

Lihat juga...