Efikasi Vaksin Nusantara Harus Lebihi Moderna

Editor: Koko Triarko

Peneliti Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS), Fajri Azhar, saat memaparkan peningkatan kasus Covid-19 pada diskusi virtual IDEAS  tentang Evaluasi Pandemi di Jakarta yang diikuti Cendana News, Kamis (14/1/2021). -Foto: Sri Sugiarti

Fajri mengaku, dirinya sangat menghargai vaksin Nusantara yang dengan semangat telah dibuat oleh para ahli di bidang vaksin Indonesia dengan berbagai usahanya, kerja sama lintas sektor.

Tapi dalam hal ini, dia menyoroti aspek terkait dengan timming (waktu). Timming ini menurutnya kalau  lihat berdasarkan skenario vaksinasi yang impor dulu waktu awal Januari 2021, mendapatkan vaksin sekian juta dosis.

Dengan  memperkirakan skenario vaksin di Indonesia, terlihat dari datanya yang dibacakan oleh Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes), sampai 2022 awal targetnya sudah mencukupi jumlah populasi dikatagorikan sebagai orang yang nanti akan menerima vaksin.

“Nah, sekarang timming-nya, ketika vaksin Pfizer dan Moderna sudah masuk ke Indonesia dengan kualitas yang sudah kita ketahui, Vaksin Nusantara muncul,” ujarnya.

Ini artinya, kata dia, butuh masukan yang lebih dalam, bagaimana vaksin Nusantara ini bisa diterima masyarakat, di tengah vaksin yang diincar atau diharapkan masyarakat berdasarkan informasi yang ada.

Karena masyarakat sudah memahami, mereka bisa memilih vaksin jenis apa yang ingin didapatkan.

“Jadi, timming-nya saja ini agak telat untuk vaksin Nusantara, memang sudah diprediksi dari awal, bahwa vaksin merah putih atau Nusantara diakhir-akhir periode baru mereka keluar,” ujarnya.

Tapi, menurutnya ini dapat dijadikan pelajaran, bahwa nanti jika ada pandemi berikutnya, atau bahkan kita tidak bisa memperkirakan.

“Apakah dalam waktu ke depan akan ada gelombang ke tiga berdasarkan mutasi virus yang sekarang lagi happening. Sekarang kan ada  mutasi varian Mu yang lagi dipantau oleh WHO. Apakah ini jenis mutasi yang bisa lebih parah daripada Delta atau tidak? ” tukasnya.

Lihat juga...