‘Gogrin’ Buatan Mahasiswa UM Bantu Petani Produksi Pupuk Berkualitas

Editor: Koko Triarko

Sedangkan dengan mesin penggiling Gogrin ini telah dilengkapi konveyor, untuk memudahkan memasukkan kotoran kambing ke dalam mesin.

“Mesin Gogrin ini bisa memproduksi pupuk sebanyak 150-200 kg per harinya. Sekaligus mampu mempersingkat masa fermentasi pupuk yang biasanya memakan waktu satu bulan menjadi hanya dua minggu,” jelasnya.

Selanjutnya, setelah kotoran kambing digiling sampai halus, kemudian diwadahi dalam karung. Berikutnya selama masa fermentasi, pupuk diukur menggunakan sensor monitoring fermentasi Gogrin untuk mengetahui kadar C-Organik, pH, kandungan Nitrogen Fosfor Kalium (NPK), Rasio C/N serta Kelembapan. Semua informasi tersebut bisa langsung terlihat pada aplikasi di smartphone, yang secara otomatis juga akan menampilkan rekomendasi perlakuan apa yang harus dilakukan petani untuk meningkatkan kualitas pupuk.

“Misalnya, pupuk ini setelah diukur ternyata pH-nya kurang. Otomatis pada aplikasi akan muncul rekomendasi untuk menambahkan kapur dolomit untuk meningkatkan pH pupuk,” urainya.

Lebih lanjut anggota tim sekaligus pengembang aplikasi Gogrin, Wildan, mengaku sempat merasa kesulitan mendapatkan literatur untuk memberikan rekomendasi yang tepat dalam meningkatkan kualitas pupuk.

“Kami sempat kebingungan untuk mencari informasi itu. Tapi beruntung, data-data tersebut akhirnya bisa diperoleh dari anggota lainnya dari jurusan biologi, yang sebelumnya telah melakukan riset. Selain itu, kami juga mengambil rekomendasi dari kementerian pertanian,” akunya.

Pembuatan aplikasi Gogrin ini juga sudah memperhatikan kemudahan akses bagi pengguna, dengan tampilan yang mudah dipahami pengguna dari berbagai macam usia.

Lihat juga...