Kesurupan Ketiga

CERPEN PANGERANG P. MUDA

Bondati sama sekali tidak menyadari kapan roh kera itu merasuk ke dalam raganya. Ia hanya tahu dirinya sedang tertidur, dan bermimpi melihat berpuluh-puluh ekor kera menyerbu rumahnya sampai ia bertarung menghalau.

Ketika terbangun dan melihat ada beberapa orang duduk di dekatnya, ia tergeragap, dan baru paham setelah suaminya membisikkan penjelasan.

Perutnya yang sering sakit melilit-lilit, kerap pula merambat naik ke punggung dan kepala, membuatnya kesulitan melenakan mata. Durasi waktu tidur yang hanya sekenanya itu selalu pula disisipi mimpi dalam citra yang tidak pernah jelas, tapi selalu membuatnya terbangun dengan napas serasa sudah lepas.

Menuruti perkiraan suaminya yang mengaitkan sakitnya itu dengan usia pernikahan mereka yang sudah lima tahun tapi belum juga dikaruniai anak, membuat mereka mulai mencari pengobatan.

Saat dilamun galau itulah kerabat suaminya mengusul, “Sakitnya lebih cocok diobati orang pintar. Saya punya kenalan, nanti saya temani menemuinya.”

Itulah yang membuat ia sampai ada di ruang pengobatan orang pintar itu.

Sebelum memulai ritual pengobatan, orang pintar yang mengobatinya sudah menjelaskan, “Roh kera itu menjadikan raga kamu seakan rumahnya,” kemudian dia menyentuhkan ujung kayu ukuran sejengkal ke bagian tertentu tubuh.

Kecuali perasaan sangat mengantuk, ia tidak merasakan apa-apa. Kantuk yang demikian kuat mendera itu akhirnya membuatnya tertidur. Namun, dalam pejam matanya, ia malah melakukan gerakan-gerakan yang meniru tingkah kera.

Suami serta kerabat yang ikut menyaksikan tidak ragu sedikit pun bahwa gerak-gerak yang ia lakukan, demikian pula yang tercetus dari mulutnya, benar-benar tingkah dan suara-suara khas seekor kera.

Lihat juga...