Potret Kemiskinan di Sikka NTT, Satu Keluarga Dua Anak ODGJ Satu Anak Gizi Buruk
Editor: Maha Deva
MAUMERE – Banyak anak-anak di Kabupaten Sikka, NTT dalam kondisi gizi buruk. Persoalan tersebut masih diperparah dengan banyaknya Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Hal itu menarik perhatian banyak pihak, untuk ikut membantu mereka yang kurang beruntung tersebut.
Seperti yang dilakukan peternak ayam kampung di desa Geliting, Damianus Rofin Sere Muda. “Saya membaca berita dari media mengenai adanya anak yang mengalami gizi buruk sehingga saya bersama isteri, Maria Imaculata Herliana, tergerak hati untuk membantu,” kata Damianus Rofin Sere Muda, Warga Desa Geliting, Kabupaten Sikka, NTT saat ditemui di rumahnya, Sabtu (11/9/2021).
Rofin menyebut, dirinya memelihara ayam kampung dan mempunyai banyak telur ayam kampung, yang disebutnya bisa untuk membantu anak-anak yang membutuhkan utamanya yang mengalami gizi buruk. Berbagi dengan anak-anak stunting, merupakan komitmennya agar anak-anak bisa kembali hidup normal.
Elisabeth Gentia (58), orang tua dua anak ODGJ dan seorang anak gizi buruk menyebut, selama ini dari Dinas Sosial Kabupaten Sikka membantu bahan makan beras, telur ayam dan pakaian. Keluarga yang kini menetap di Desa Heo Puat, Kecamatan Hewokloang tersebut, juga pernah mendapatkan bantuan dari pihak gereja berupa bahan makanan. “Anak saya dua orang memiliki gangguan syaraf dan seorang lainnya dikatakan dokter mengalami kekurangan gizi hingga lumpuh,” ucapnya.
Elisabeth sebutkan, anak bungsunya Wilhelmina Wilma Kenga (21), dari lahir sudah terlihat megalami kekurangan gizi. Dan saat di umur enam bulan, waktu mau duduk tidak bisa. Anak perempuannya yang besar, Margaretha Loli Kenga (28), dan adik lelakinya, Lolianus Miskin Sado (26), mengalami gangguan syaraf. “Saya baru sebulan tinggal di dekat kebun ini, dengan membangun rumah sederhana. Sebelumnya tinggal di Desa Sau Sina Kecamatan Kewapante,” jelasnya.
Elisabeth menyebut, di 2016 anak lelakinya mendapatkan bantuan. Sementara dua anak lainnya tidak mendapatkan bantuan, karena pemerintah desa beralasan mereka tidak terdaftar. Dirinya mengaku mendapatkan bantuan dari pemerintah melalui Program Keluarga Harapan (PKH), untuk membiayai makan keluarganya.
Anak lelaki, Yulianus, saat duduk di kelas 5 SD terserang gangguan syaraf, dan sempat dibawa berobat ke rumah sakit. Dikatakan dokter yang menangani waktu itu, mengalami gangguan syaraf. “Suami saya Yakobus Anselmus (71), kerja sebagai petani tetapi sudah tidak kuat bekerja lama. Paling hanya sampai jam 9 pagi saja. Untuk makan sehari-hari, kalau ada bantuan kami terima, kalau tidak ada bantuan kami makan ubi dan pisang,” ungkapnya.