PTBGN : Uranium dan Thorium Bisa Dihasilkan dari Limbah Tambang
Redaktur: Muhsin Efri Yanto
“Dalam data tersebut, juga disampaikan adanya potensi Thorium di laut sejumlah 2.989 ton dan di darat adalah 4.370 ton,” ujarnya lagi.
Disampaikan dalam data tersebut juga, dengan sistem total mining ditemukan kandungan Uranium sejumlah 0,3 persen dari total kandungan monasit.
“Untuk melakukan pemetaan, PTBGN sudah melakukan karakterisasi mineral mapping konsentrat dengan menggunakan teknologi XRF. Sistemnya seperti dipindai. Nanti akan terlihat komposisi elemen mineral penyusun dari monasit itu secara terpisah,” kata Yarianto.
Hingga saat ini, penyuplai Uranium terbesar dunia masih Kazakhstan, dengan total produksi 23.321 ton pada 2017. Diikuti oleh Kanada dengan produksi pada 2017 adalah 13.116 ton.
“Perancis terakhir memproduksi Uranium adalah tahun 2015 dengan jumlah 2 ton. Karena itu, Perancis sangat tertarik untuk mengeksplorasi di Indonesia. Sayangnya, mereka mengharapkan bisa menemukan sandstone. Tapi yang di Indonesia kebanyakan metamorphite,” tuturnya.
Uranium dalam bentuk dasar memang memiliki harga yang murah di pasar global. Berbeda jika sudah dilakukan pengayaan atau pemrosesan.
“Capaian Indonesia dalam pengolahan Uranium adalah pembuatan Yellow Cake selama 10 tahun di Lemajung, Kalan, Kalimantan yang berjumlah 740,5 kg. Ini merupakan prestasi besar karena di seluruh Asia Tenggara tidak ada yang pernah mencapai jumlah kilogram. Apalagi pembuatannya secara manual. Negara Asia Tenggara lainnya, hanya berjumlah gram dan itu pun dalam skala lab saja,” tuturnya lagi.
Proyek terbaru yang dilakukan BATAN terkait pengolahan Uranium, Thorium dan LTJ adalah PLUTHO di Pasar Jumat Jakarta.