Tradisi ‘Rewangan’ Bantu Warga Hajatan Lestari di Lamsel

Redaktur: Satmoko Budi Santoso

LAMPUNG – Tradisi adiluhung bangsa Indonesia dalam melakukan gotong royong masih dipertahankan warga di pedesaan. Sejumlah pekerjaan demi kebutuhan bersama dikerjakan secara gotong royong.

Slamet, warga Desa Pasuruan, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan (Lamsel) bilang tradisi rewangan tetap dipertahankan.

Guyup rukun kebersamaan itu sebutnya, dilakukan untuk sejumlah acara berkaitan dengan adat. Bagi etnis Jawa yang menetap di Lampung, acara kelahiran, khitanan, pernikahan hingga kematian membantu keluarga yang menggelar acara kesukaan, kedukaan, tetap dilakukan.

Rewangan  atau dalam bahasa Jawa bermakna membantu secara intim, dilakukan sebelum acara, saat acara, hingga selesai.

Pada rencana hajatan pernikahan, Slamet bilang, membantu keluarga yang akan menggelar acara dilakukan dua pekan sebelumnya. Tahapan membantu keluarga yang akan memiliki acara dimulai dari membuat brak atau bangunan untuk memasak.

Menyediakan tempat air untuk mencuci, menyediakan patihan atau tempat makan dan minum. Semua dikerjakan dengan suka rela sesuai tradisi setempat.

“Menjaga warisan tradisi leluhur dengan saling bahu membahu, memikul beban yang ada dalam kebahagiaan, kedukaan masih dipegang erat, rewangan jadi salah satu cara meringankan beban tenaga, pikiran dan finansial bagi keluarga yang akan menggelar acara,” terang Slamet saat ditemui Cendana News, Minggu (12/9/2021).

Rewangan sebut Slamet memiliki makna yang luhur. Bagi yang memiliki bahan untuk membuat brak bisa menyumbangkan bambu, meminjamkan terpal.

Sebagian membawa gergaji, golok untuk memotong hingga brak bisa digunakan. Pembuatan tungku dari batu bata dan bak air dikerjakan bertahap hingga bisa digunakan. Kaum laki-laki menyiapkan brak, tungku dan kaum perempuan menyiapkan kue, minuman.

Lihat juga...