‘Urban Farming’ Terintegrasi, Cara Efektif Budidaya di Perkotaan

Editor: Makmun Hidayat

BEKASI — Berbagai terobosan terus dilakukan untuk menciptakan sistem ketahanan pangan di perkotaan. Kali ini pegiat urban farming mencoba metode yang diberi nama urban farming terintegrasi sistem pertanian perkotaan.

“Cara itu mengintegrasikan antara perkebunan dan peternakan disatukan tempat. Sehingga terbentuk pemanfaatan atau saling mengisi antara tumbuhan dan peternakan,” ungkap Hamim, pegiat urban farming perkotaan kepada Cendana News ditemui di kebun percontohan wilayah Jatiasari, Kota Bekasi, Senin (27/9/2021).

Dikatakan, kotoran hewan ternak yang dipelihara dengan tempat khusus bisa dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman yang dibudidayakan. Sementara buah yang busuk atau tidak layak bisa dibuat sebagai pakan bebek, puyuh atau ayam.

Hamim, dibantu seorang pengurus mencoba melakukan budidaya urban farming terintegrasi. Selain berkebun aneka sayuran seperti oyong dan tanaman jenis lainnya di lokasi itu juga dikembangkan ternak bebek, ayam kampung, broiler, puyuh dan kolam ikan lele.

Menurutnya cara tersebut adalah cara hemat pakan pelet bagi hewan ternak dan pupuk. Karena kotoran hewan. Ternak seperti ayam dan bebek diolah jadi pupuk. Maggot jadi pakan ayam dan lele, begitu sebaliknya. Sehingga bisa disebut mutualisme saling membantu.

Hamim (kaos oblong warna lilac) saat diskusi dengan tamu yang meninjau langsung metode perkebunan terintegrasi yang dikembangkan di atas alahan terbatas, di Jatiasari, Jatiasih, Senin (27/9/2021). -Foto M. Amin

“Jadi kotoran ternak ayam dan bebek jadi pupuk, jadi maggot (pakan ayam dan lele) dan hasil buah yang kurang bagus jadi pakan bebek dan ayam kampung untuk menghemat pemakaian pakan pelet,” ujar Hamim ditemui ditempat lokasi ternak dan kebun di Jatisari.

Lihat juga...